Thursday, 18 February 2016

Model Cooperative Learning tipe NHT

Model Cooperative Learning tipe NHT
a.      Model Cooperative Learning
Model Cooperative Learning bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Johnson & Johnson (Isjoni, 2011 : 15) yang menyatakan bahwa ‘Cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut’. Selain itu, Atikah (2011 : 10) mengemukakan  bahwa “Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya empat sampai enam orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”. Sedangkan,  Lie (2008 : 28) menyebut “Cooperative learning dengan istilah gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur”.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa model Cooperative Learning adalah model pembelajaran secara kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang dimana dalam belajarnya siswa bekerja sama dan saling membantu untuk mengerjakan tugas.
          Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang pada umumnya terdiri dari empat sampai enam siswa yang sederajat dan heterogen. Maksud dari kelompok heterogen ialah kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jenis kelamin. “Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar”, (Atikah, 2011 : 11). Selama belajar dalam kelompok tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu temannya untuk mencapai ketuntasan belajar.
          Dalam kerja kelompok, tidak semua kerja kelompok dapat dianggap Cooperative Learning, ada beberapa hal yang harus diterapkan dalam Cooperative Learning. Seperti dikemukakan oleh  Roger dan David Johnson (Lie, 2008 : 31)  bahwa :
         Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu :
1)      Saling ketergantungan positif, yakni sifat yang menunjukan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif.
2)      Tanggung jawab perseorangan, yakni setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok.
3)      Tatap muka, yakni setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.
4)      Komunikasi antar anggota, yakni dalam berdiskusi atau kerja sama diperlukan adanya komunikasi antar anggota.
5)      Evaluasi proses kelompok, yakni perlu adanya waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Dengan demikian, dalam kerja kelompok lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan supaya kerja kelompok tersebut bisa dianggap sebagai Cooperative Learning bukan kerja kelompok biasa.

b.      Model  Cooperative Learning Tipe NHT
Model Cooperaive Learning memiliki banyak tipe diantaranya adalah NHT (Numbered Heads Together). Teknik belajar mengajar NHT dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Menurut Lie (2008 : 59) “teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka”. Menurut Herdian (2009) “Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik”. Yang dimaksud pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus disini adalah suatu pembelajaran yang dirancang secara berkelompok, kemudian setiap siswa diberi nomor, setelah itu siswa akan berpikir bersama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan nantinya secara acak guru akan memanggil nomor dari siswa untuk mempersentasikan hasil kerjanya.  
Sunandar (2008 : 167) mengemukakan secara umum langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu :
1)      Penomoran (Numbering)
Siswa dibagi ke dalam kelompok. Setiap siswa dalam tiap kelompok mendapatkan nomor. Pemberian nomor pada siswa dalam suatu kelompok  disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelompok tersebut.
2)      Pengajuan Pertanyaan atau Permasalahan (Questioning)
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3)      Berpikir Bersama (Heads Together)
Siswa berpikir bersama untuk memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4)      Pemberian Jawaban (Answering)
Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

Panjaitan (2008) merinci ke empat langkah tersebut menjadi tujuh langkah sebagai berikut :
Langkah 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Langkah 2 : Menyajikan informasi
Langkah 3 : Penomoran
Langkah 4 : Mengajukan pertanyaan/permasalahan
Langkah 5 : Berpikir bersama
Langkah 6 : Menjawab/evaluasi
Langkah 7 : Memberikan Penghargaan
Penjelasan dari ke tujuh langkah diatas sebagai berikut :
1)      Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2)      Menyajikan informasi, guru menyajikan informasi kepada siswa melalui ceramah dan demonstrasi.
3)      Penomoran, guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 siswa dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
4)      Mengajukan pertanyaan/ permasalahan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
5)      Berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban itu.
6)      Menjawab (evaluasi), guru memanggil salah satu nomor dari kelompok tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Selanjutnya guru memanggil nomor yang sama dari kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang diberikan
7)      Memberikan penghargaan, guru memberikan penghargaan untuk menghargai hasil belajar individu dan kelompok.
Kita mengetahui bahwa setiap model pembelajaran yang manapun pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Panjaitan (2008) berikut ini merupakan kelebihan dan kelemahan cooperative learning tipe NHT yaitu:
   Kelebihan
a)      Setiap siswa menjadi siap semua.
b)      Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c)      Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Kelemahan
a)      Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b)      Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
c)      Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok.


Untuk mengatasi kelemahan dari model cooperative learning tipe NHT tersebut, salah satunya bisa dengan cara melakukan persiapan dan perencanaan yang matang sebelum pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan agar pembelajaran di kelas lebih efektif dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

No comments:

Post a Comment