Model Cooperative Learning tipe NHT
a.
Model Cooperative Learning
Model Cooperative
Learning bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model Cooperative Learning merupakan suatu
model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Hal ini sesuai
dengan pendapat Johnson & Johnson (Isjoni, 2011 : 15) yang menyatakan bahwa
‘Cooperative learning adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa
dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari
satu sama lain dalam kelompok tersebut’. Selain itu, Atikah (2011 : 10)
mengemukakan bahwa “Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya empat sampai
enam orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah
dalam belajar”. Sedangkan, Lie (2008 :
28) menyebut “Cooperative learning dengan
istilah gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas
terstruktur”.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa model Cooperative Learning adalah
model pembelajaran secara kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang
dimana dalam belajarnya siswa bekerja sama dan saling membantu untuk
mengerjakan tugas.
Di dalam
kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang pada
umumnya terdiri dari empat sampai enam siswa yang sederajat dan heterogen.
Maksud dari kelompok heterogen ialah kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dan jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jenis
kelamin.
“Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua
siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar”,
(Atikah, 2011 : 11). Selama belajar dalam kelompok tugas anggota kelompok
adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu
temannya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Dalam
kerja kelompok, tidak semua kerja kelompok dapat dianggap Cooperative Learning, ada beberapa hal yang harus diterapkan dalam Cooperative Learning. Seperti
dikemukakan oleh Roger dan David Johnson
(Lie, 2008 : 31) bahwa :
Tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap Cooperative Learning. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus
diterapkan, yaitu :
1)
Saling
ketergantungan positif, yakni sifat yang menunjukan saling ketergantungan satu
terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif.
2)
Tanggung
jawab perseorangan, yakni setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung
jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok.
3)
Tatap
muka, yakni setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap
muka dan berdiskusi.
4)
Komunikasi
antar anggota, yakni dalam berdiskusi atau kerja sama diperlukan adanya
komunikasi antar anggota.
5)
Evaluasi
proses kelompok, yakni perlu adanya waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa
bekerja sama dengan lebih efektif.
Dengan
demikian, dalam kerja kelompok lima unsur model pembelajaran gotong royong
harus diterapkan supaya kerja kelompok tersebut bisa dianggap sebagai Cooperative Learning bukan kerja
kelompok biasa.
b.
Model Cooperative
Learning Tipe NHT
Model Cooperaive
Learning memiliki banyak tipe diantaranya adalah NHT (Numbered Heads Together). Teknik belajar mengajar NHT dikembangkan
oleh Spancer Kagan (1992). Menurut Lie (2008 : 59) “teknik ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka”. Menurut Herdian (2009) “Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik”. Yang
dimaksud pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus
disini adalah suatu pembelajaran yang dirancang secara
berkelompok, kemudian setiap siswa diberi nomor, setelah
itu siswa akan berpikir bersama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan
nantinya secara acak guru akan memanggil nomor dari siswa
untuk mempersentasikan hasil kerjanya.
Sunandar (2008 : 167) mengemukakan secara umum
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu :
1)
Penomoran
(Numbering)
Siswa dibagi ke dalam kelompok. Setiap siswa dalam tiap kelompok
mendapatkan nomor. Pemberian nomor pada siswa dalam suatu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam
kelompok tersebut.
2)
Pengajuan
Pertanyaan atau Permasalahan (Questioning)
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3)
Berpikir
Bersama (Heads Together)
Siswa berpikir bersama untuk memutuskan jawaban yang dianggap paling
benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4)
Pemberian
Jawaban (Answering)
Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.
Panjaitan
(2008) merinci ke empat langkah tersebut menjadi tujuh langkah sebagai berikut
:
Langkah
1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Langkah
2 : Menyajikan informasi
Langkah
3 : Penomoran
Langkah
4 : Mengajukan pertanyaan/permasalahan
Langkah
5 : Berpikir bersama
Langkah
6 : Menjawab/evaluasi
Langkah 7 : Memberikan Penghargaan
Penjelasan dari ke tujuh langkah diatas sebagai berikut :
1) Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa, guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2) Menyajikan informasi, guru menyajikan informasi kepada siswa melalui ceramah dan demonstrasi.
3) Penomoran, guru
membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 siswa dan kepada setiap
anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
4) Mengajukan pertanyaan/ permasalahan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
5) Berpikir bersama, siswa
menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban itu.
6) Menjawab (evaluasi), guru memanggil salah satu nomor dari kelompok tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan
mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Selanjutnya guru memanggil nomor yang sama dari
kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang diberikan
7) Memberikan penghargaan, guru memberikan penghargaan untuk menghargai hasil belajar individu dan kelompok.
Kita mengetahui bahwa setiap
model pembelajaran yang manapun pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut
Panjaitan (2008) berikut ini merupakan kelebihan dan kelemahan cooperative learning
tipe NHT yaitu:
Kelebihan
a) Setiap siswa menjadi siap semua.
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Kelemahan
a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
c) Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang
mendukung diatur kegiatan kelompok.
Untuk mengatasi
kelemahan dari model cooperative learning tipe NHT tersebut, salah satunya bisa dengan cara melakukan persiapan dan
perencanaan yang matang sebelum pembelajaran berlangsung. Hal
ini dilakukan agar pembelajaran di kelas lebih efektif dan berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
No comments:
Post a Comment