Showing posts with label METODE PEMBELAJARAN. Show all posts
Showing posts with label METODE PEMBELAJARAN. Show all posts

Friday, 15 April 2016

Problem Based Instructions


Pembelajaran Berdasarkan Masalah atau Problem Based Instructions merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan Problem based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) yaitu suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dalam kehidupan sehari-hari untuk belajar, yang memulai proses pembelajaran dengan mengemukakan masalah. Ibrahim, M ( dalam Ika Mustika 2006 :11) menyatakan bahwa Pembelajaran PBI merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah, dan termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar.
Dalam membahas Model Pembelajaran PBI tidak terlepas dari pendekatan Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis masalah). Ada beberapa definisi tentang pendekatan Problem Based Learning, salah satunya dikemukakan oleh Jones Rasmussen ( Mergendoller dan Yolanda Bellisimo, 2002) bahwa:
 Problem Based Learning (PBL) is an instructional approach whwre students are confronted with simulated, real-world  problems, and is frequently advanced as a powerful and engaging learning strategy that leads to sustained and transferable learning.

Yang dapat diartikan bahwa Pendekatan Problem Based Learning adalah sebuah pendekatan dimana siswa dihadapkan pada masalah  nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dikonfrontasikan melalui simulasi-simulasi.
Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty, (1997) menyatakan bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada peserta didik dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui simulasi dalam belajar. PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:
  1. Belajar dimulai dengan suatu masalah
  2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa
  3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu
  4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
  5. Menggunakan kelompok kecil
  6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pendekatan Problem Based Learning  dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalah pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.  Siswa dapat memilih maslaah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Pembelajaran PBI sendiri telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat karena ditinjau secara umum PBI terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Trianto : 67) belajar Berdasarkan Masalah adalah interaksi stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
PBI merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran prose berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan dalam Trianto : 68)    
Menurut Arends ( dalam trianto : 68), PBI merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangan kemandirian dan percaya diri.  
  1. Ciri-ciri khusus Problem Based Instructions
Menurut Arends ( dalam trianto : 68), berbagai pengembang Pembelajaran PBI telah memberikan model pembelajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut (Krajcik, 1999; Krajcik, Blumenfeld, Marx, dan Soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan, dan Wasik, 1992, 1994; Cognition & Tecnology Group at Vanderbilt, 1990).
a.       Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akdemik tertentu, Pembelajaran Berdasarkan Masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b.      Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun Pembelajaran Berdasarkan Masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
c.       Penyelidikan autentik. Pembelajaran Berdasarkan Masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.
d.      Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran Berdasarkan Masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program computer. Karya nyata atau peragaan tersebut direncanakan oleh siswa untuk didemonstrasikan kepada temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari.
e.       Kolaborasi. Pembelajaran Berdasarkan Masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
  1. Manfaat Problem Based Instructions
PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBI dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim dalam Trianto : 70).
Menurut Sudjana, manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada disekitarnya.

  1. Teori Belajar yang melandasi Problem Based Instructions
a.      Teori Belajar Konstruktivistik
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivistis. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam trianto, 2007: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dalam Trianto, 2007 : 14).
b.      Contextual teaching and Learning (CTL)
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan sutau konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan tenaga kerja (US. Deartement of education the national school-to-work office yang dikutip oelh Blanchard, 2001 dalam Trianto, 2007 : 101).
Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan telaah pustaka menjadi semakin jelas bahwa CTL merupakan suatu perpaduan dari banyak “ praktek yang baik” dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan fungsional pendidikan untuk semua siswa.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh kompenen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian autentik (authentic assessment).
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam mebangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup.
  1. Karakteristik Pembelajaran
Model PBI berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Dalam PBI yang menjadi ciri utamanya yaitu menggunakan pendekatan Problem Based Learning. Dengan demikian ciri yang paling utama dari PBI yaitu dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Dalam PBI, guru bertindak sebagai fasilitator bukan sebagai penyampai informasi. Siswa diharapkan berperan aktif dalam memecahkan permasalahan.
PBI utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual (Sudibyo dalam Ika Mustika, 2006 : 20). Adapun karakteristik masalah yang disajikan dalam PBI adalah bahwa masalah tersebut harus menarik perhatian siswa untuk dipecahkan, menantang siswa untuk diselesaikan yang merupakan situasi atau masalah yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa (kontekstual), menuntut siswa untuk mengerjakan masalah secara berkelompok.








Friday, 12 February 2016

METODE DEMONSTRASI

  Metode Demonstrasi
1.    Pengertian Metode Demonstrasi
Pengertian metode demonstrasi menurut Wina Sanjaya (2010: 152) adalah “Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memeragakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.”
Dengan pengertian di atas, jelas bahwa metode demonstrasi digunakan untuk memeragakan suatu proses, situasi, atau benda tertentu terkait dengan materi pelajaran yang dipelajari dengan tujuan menyajikan pelajaran dengan lebih komplit sehingga materi pelajaran yang disampaikan akan lebih berkesan bagi siswa dan membentuk pemahaman yang mendalam.
2.    Kelebihan Metode Demonstrasi
Menurut M. Basyiruddin Usman (2002: 46) menyatakan bahwa kelebihan dari metode demonstrasi adalah :
“Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan.”

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan.
3.    Kelemahan Metode Demonstrasi
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000: 57) ada beberapa kelemahan metode demonstrasi yaitu : “Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.”
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan metode demonstrasi adalah tidak semua benda dan materi pembelajaran yang bisa didemonstrasikan dan metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang oleh keterampilan guru secara khusus.

4.    Langkah-langkah Metode Demonstrasi
Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik dan efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi.
Menurut J.J. Hasibuan dan Mujiono (1993: 31) langkah-langkah metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
1.      Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan, dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.
2.      Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
3.      Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal.
4.      Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.
5.      Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.
6.      Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.
7.      Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan :
a)      Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
b)      Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.
c)      Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya.
8.      Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa, sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi.


Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metode demonstrasi adalah merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan, mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan, alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi bisa didapat dengan mudah, jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas, menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dan menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa.

Metode Pembelajaran Card Sort

Metode Card Sort
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini berasal dari dua suku kata: “metha” berarti melalui atau melewati, dan “hodos”yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, sehingga dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. (Winarni, 1990: 109)
Metode (Method), harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umummetodediartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen dan sebagainya. (Koentjoroningrat, 1987: 19)
Adapun yang dimaksud metode pengajaran menurut Abu Bakar Muhammad adalah sebagai suatu aturan yang dilalui oleh guru di dalam menyampaikan pelajarannya, agar dapat sampai pengetahuan itu kepada pikiran siswa dengan bentuk yang baik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Metode dalam pembelajaran banyak sekali jenisnya, karena metode dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Tujuan yang beragam jenis dan fungsinya
2) Peserta didik yang beragam tingkat kematangannya
3) Situasi yang beragam keadaannya
4) Fasilitas yang beragam kualitas dan kuantitasnya
5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda
Metode Pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Metode Pengajaran dipilih berdasarkan dari atau dengan pertimbangan jenis strategi pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu pula metode merupakan bagian yang integral dengan sistem pengajaran maka perwujudannya tidak dapat dilepaskan dengan komponen sistem pengajaran yang lain. Hal ini berarti pula bahwa di dalam memilih metode yang akan dioperasikan dalam interaksi belajar mengajar, senantiasa dengan mempertimbangkan komponen sistem pengajaran yang lain. Para pendidik (guru) harus memilih metode pengajaran yang setepat-tepatnya, yang dipandang lebih efektif dari pada metode-metode lainnya, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru itu benar-benar menjadi milik siswa.
Jadi jelaslah bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin tepat metodenya diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.
Penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi hasil yang ingin dicapai. Jadi antara metode dan materi yang disampaikan harus ada keserasian. Apabila antara keduanya terjadi kesenjangan maka tujuan yang dicita-citakan tidak akan tercapai. Dengan demikian metode menempati peranan yang penting dan sangat bermanfaat dalam proses belajar mengajar. Untuk itu metode harus mendapatkan perhatian dari para pendidik.
Dalam penggunaan metode selain kesesuaian dari materi seorang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas, jumlah kelas. Demikian juga tingkat intelektual, perbedaan kesanggupan dan kecepatan. Ada enam unsur dasar dari suatu metode, antara lain:
a.    Authority, yaitu adanya semacam dari seorang guru, membuat murid yakin dan percaya pada dirinya sendiri.
b.    Infantilisasi, murid seakan-akan seperti anak kecil yang menerima "authority" dari guru. Ilmu masuk tanpa disadari seperti apa yang dialami oleh seorang anak kecil.
c.    Dual komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan non verbal yang berupa rangsangan semangat dari keadaan ruangan dan dari kepribadian seorang guru.
d.   Intonasi, guru menyajikan materi pelajaran dengan tiga intonasi yang berlainan.
e.    Rhythm, yaitu pelajaran membaca dilakukan dengan irama, berhenti sejenak di antara kata-kata dan rasa yang disesuaikan dengan nafas irama dalam.
f.     Keadaan Pseudo-Passive, keadaan murid rileks tetapi tidak tidur sambil mendengar irama musik.
Card Sort bisa disebut sortir kartu yaitu pemilahan kartu. Metode  ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang obyek atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh dan bosan.
Tujuan dari strategi dan metode belajar menggunakan “memilah dan memilih kartu” [card sort] ini adalah untuk:
Mengungkapkan daya “ingat” [recoll] terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari siswa. Untuk itu, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah; [1] Kartu-kartu tersebut jangan diberi nomor urut, [2] Kartu-kartu tersebut dibuat dalam ukuran yang sama, [3] Jangan memberi “tanda kode” apapun pada kartu-kartu tersebut, [4] Kartu-kartu tersebut terdiri dari “beberapa bahasan” dan dibuat dalam jumlah yangbanyak atau sesuai dengan jumlah siswa, [5] Materi yang ditulis dalam kartu-kartu tersebut, telah diajarkan dan telah dipelajari oleh siswa.

Metode Card Sort (Mensortir kartu) yaitu suatu strategi yangdigunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untukmenemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalampembelajaran.
Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantumendinamisi kelas yang jenuh dan bosan.Adapun langkah-langkahpenerapan metode card sort antara lain:
a.    Bagikan kertas yang bertuliskan informasi atau kategori tertentusecara acak.
b.    Tempelkan kategori utama di papan atau kertas di dinding kelas.
c.    Mintalah peserta didik untuk mencari temanya yang memilikikertas/ kartu yang berisi tulisan yang sama untuk membentukkelompok dan mendiskusikannya.
d.   Mintalah mereka untuk mempresentasikannya.
Sedangkan Menurut Wahyudi (2005: 34) Penerapan strategi (metode)belajar card sort dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan,sebagai berikut:
Langkah pertama, guru membagikan selembar kartu kepada setiapsiswa dan pada kartu tersebut telah dituliskan suatu materi. Kartutersebut terdiri dari kartu perhuruf.
Langkah kedua, siswa diminta untuk mencari teman (pemegangkartu) yang sesuai dengan masalah yang ada pada kartunya untuksatu kelompok.
Langkah ketiga, siswa akan berkelompok dalam membaca ataumasalah masing-masing.
Langkah keempat, siswa diminta untuk menempelkan di papantulis bahasan yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan urutan-urutanbahasannya yang dipegang kelompok tersebut.
Langkah kelima, seorang siswa pemegang kartu dari masing-masingkelompok untuk menjelaskan dan sekaligus mengecekkebenaran urutan per-huruf dalam membaca.
Langkah keenam, bagi siswa yang salah mencari kelompok sesuaibahasan atau materi pelajaran tersebut, diberi hukuman denganmencari judul bahasan atau materi yang sesuai dengan kartu yangdipegang.
Langkah ketujuh, guru memberikan komentar atau penjelasan daripermaianan tersebut.
Tujuan dari strategi dan metode belajar menggunakan card sort iniadalah untuk mengungkapkan daya ingat terhadap materi pelajaran yangtelah dipelajari siswa.Hal-Hal yang harus diperhatikan dalam prosedur penggunaan metodecard sort antara lain :
1)   Kartu-kartu tersebut jangan diberi nomor urut
2)   Kartu-kartu tersebut dibuat dalam ukuran yang sama
3)   Jangan memberi “tanda kode” apapun pada kartu-kartu tersebut
4)   Kartu-kartu tersebut terdiri dari “beberapa bahasan” dan dibuatdalam jumlah yang banyak atau sesuai dengan jumlahsiswa,
5)   Materi yang ditulis dalam kartu-kartu tersebut, telah diajarkan dantelah dipelajari oleh siswa.

Metode ini dapat mengaktifkan siswayang kelelahan. Metode dapat digunakan untuk mengaktifkansiswa dalam mempelajari materi yang bersifat konsep, karakteristikklasifikasi,fakta,dan mereview materi. (http:// podoluhur.blogspot.com, diakses 22 Maret 2009).