Kemampuan
Penalaran Matematika
1.
Penalaran dan Pembuktian
Fondasi
dari matematika adalah penalaran (Reasoning).
Penalaran merupakan salah satu keterampilan proses yang harus dikuasai
oleh siswa melalui pembelajaran matematika. Istilah penalaran menurut Keraf
(Sukirwan, 2008:29) merupakan ”Proses berpikir yang berusaha
menghubung-hubungkan fakta-fakta atau efidensi-efidensi yang diketahui menuju
kepada suatu kesimpulan”. Pendapat lain tentang penalaran diungkapkan Riedesel,
dkk (Sukirwan, 2008:29) yang menyatakan bahwa ’Penalaran merupakan sebuah proses
yang merumuskan suatu konjektur matematis atau tebakan yang beralasan’. Seorang
siswa yang merasakan bahwa matematika itu bermakna, dapat dipahami, dan
bermanfaat akan melahirkan sebuah kemungkinan ide baru yang akan membuat
beberapa makna dari sebuah masalah matematika. Berkaitan dengan hal itu, agar
anak dapat belajar matematika yang sesungguhnya perlu dilatihkan cara belajar
penalaran. Dapat diungkapkan bahwa antara matematika dan penalaran memiliki
hubungan yang satu sama lainnya saling mendukung. Sependapat dengan hal itu,
Depdiknas (Sukirwan, 2008:30) menyatakan bahwa ’Materi matematika dan penalaran
matematis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi
matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan
melalui belajar materi matematika’. Dalam kurikulum di Indonesia tertuang dalam
Standar Isi Mata Pelajaran Matematika (Depdiknas, 2006) bahwa pembelajaran
matematika memiliki tujuan agar siswa dapat ”Menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika”.
Menurut
Mullis (Suryadi, 2005:30) ’Penalaran matematika mencakup kemampuan menemukan
konjektur, analisis, evaluasi, generalisasi, koneksi, sintesis, pemecahan
masalah tidak rutin, jastifikasi atau pembuktian, dan kemampuan komunikasi
matematika’. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat muncul pada saat berpikir
tentang suatu masalah atau penyelesaian masalah matematik. Pada saat siswa
melakukan aktivitas seperti itu, komponen-komponen penalaran tersebut tidak
muncul secara sendiri-sendiri melainkan saling berkaitan satu dengan lainnya.
Hal penting selain siswa memiliki kemampuan
penalaran, merumuskan suatu konjektur yang beralasan dan pembuktian juga sangat
diperlukan oleh siswa, penalaran dan pembuktian matematika menawarkan suatu
cara untuk mengembangkan wawasan tentang fenomena luas. Orang yang nalar dan
berpikirnya analitik cenderung mencatat pola struktur dan keteraturan dalam
situasi nyata dan benda-benda simbolik. Ketika seorang siswa dihadapkan pada
situasi nyata yang mempunyai pola dan keteraturan mula-mula anak melakukan
proses “dugaan” atau conjecture, dia
akan bertanya apakah pola-pola itu hanya kebetulan atau ada alasan untuk
memberikan dugaan, selanjutnya ada proses untuk membuktikan dugaan yang dibuat
siswa.
Dengan
mengembangkan gagasan, mengeksplorasi gejala, menjustifikasi hasil dan
menggunakan dugaan diharapkan dapat membangun keterampilan penalaran siswa.
Penalaran dan pembuktian hendaknya merupakan suatu kebiasaan otak seperti
halnya kebiasaan yang lain harus dikembangkan secara konsisten menggunakan
berbagai macam konteks, mengenal penalaran dan pembuktian merupakan aspek-aspek
fundamental dalam matematika.
Pengalaman anak sejak dini dengan matematika
penting untuk memahami matematika bahwa pernyataan selalu mempunyai alasan.
Pertanyaan seperti “Mengapa menurut pemikiranmu itu benar?” dan pertanyaan
“Adakah diantara kamu berpikir bahwa jawabannya adalah berbeda?, “Mengapa kamu juga berpikir demikian?”,
membantu siswa untuk melihat bahwa pernyataan-pernyataan itu perlu didukung
oleh bukti.
2.
Penalaran Induktif Matematika
Penalaran matematis terdiri dari
dua bagian yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif
adalah proses penalaran dari pengetahuan prinsip atau pengalaman yang umum yang
menuntut kita memperoleh kesimpulan sesuatu yang khusus. Sedangkan penalaran
induktif didefinisikan sebagai proses penalaran yang menurunkan prinsip atau
aturan dari pengamatan hal-hal atau contoh-contoh khusus. Penalaran induktif
ini sangat efektif digunakan siswa di sekolah, terutama siswa sekolah dasar.
Penalaran induktif pada awalnya
dikemukakan oleh filosof Inggris Prancis
Bacun (Effendi, 2007:76) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan
atas fakta-fakta yang konkret sebanyak mungkin, sistem ini dipandang sebagai
sistem berpikir yang paling baik pada abad pertengahan. Cara induktif disebut
juga sebagai dogmatif artinya bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti
secara rasional. Berfikir induktif ialah suatu proses dalam berfikir yang
berlangsung dari khusus menuju ke yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa
ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena.
Langkah-langkah yang dapat
digunakan dalam pendekatan induktif adalah : a) memilih konsep, prinsip, aturan
yang akan disajikan dengan pendekatan induktif; b) menyajikan contoh-contoh
khusus konsep, prinsip, atau aturan itu yang memungkinkan siswa memperkirakan
(hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu; c) disajikan
bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal perkiraan
itu; dan d) disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti
berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu. Pada tingkat ini menurut Syamsudin
Makmun (Effendi, 2007:7)
Siswa
belajar mengadakan kombinasi dari berbagai
konsep atau pengertian dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal
sehingga siswa dapat membuat kesimpulan (konklusi) tertentu yang mungkin
selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule”
(prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah dan sebagainya).
Penalaran
induktif dalam matematika digunakan untuk memperoleh dugaan-dugaan tentang
rumus atau teorema. Rumus atau teorema yang diperoleh dengan penalaran induktif
belum dapat dikatakan absah sebagai rumus atau teorema dugaan. Namun demikian
penalaran induktif ini mempunyai peranan penting dalam memunculkan inspirasi
untuk memperoleh rumus atau teorema dugaan. Penalaran induktif juga sangat
penting dalam pembelajaran siswa di sekolah dasar karena penalaran ini mudah
diikuti oleh para siswa, oleh karena itu pada kegiatan belajar ini banyak
dibahas beragam contoh yang bervariasi dalam menerapkan penalaran induktif.
Penalaran induktif bermula dari percobaan-percobaan atau contoh-contoh dan dari
contoh-contoh tersebut dicari pola atau ciri kesamaannya untuk dapat disusun
menjadi suatu kesimpulan yang berupa rumus/teorema dugaan.
Dalam pembelajarannya guru
menyampaikan hal-hal khusus berkaitan dengan materi pokok yang akan disampaikan
kemudian guru mengarahkan siswa melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan
pola pikir induktif misalnya guru memberi beberapa konsep, siswa diminta
mengamati dengan cermat, dan meminta siswa menulis makna konsep tersebut dengan
bahasa sendiri. Dalam fase kegiatan ini dibawah bimbingan dan arahan guru,
siswa aktif belajar matematika secara individu-kelompok, kegiatan utama siswa
adalah mengamati, memeriksa, menyelidiki, menganalisis, berdasarkan kemampuan
masing-masing, hal-hal yang bersifat khusus dan mengkonstruksi konsep atau
generalisasi atau sifat-sifat umum berdasar hal-hal khusus tersebut.
Berdasarkan hal di atas maka jelaslah dengan menggunakan kegiatan induktif ini
siswa akan sampai pada proses pembelajaran yang aktif, menantang, dan
meningkatkan kemampuan penalaran
induktif matematika siswa.
Daya nalar siswa dalam mata pelajaran matematika perlu ditumbuhkembangkan.
Telah dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004
(Romadhina, 2007), penalaran dan komunikasi merupakan kompetensi yang
ditunjukkan siswa dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan
matematika. Menurut dokumen di atas indikator yang menunjukkan adanya penalaran
antara lain adalah:
a) menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan
diagram; b) mengajukan dugaan (conjectures); c) melakukan manipulasi matematika; d) menarik
kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa
solusi; e) menarik kesimpulan dari pernyataan; f) memeriksa kesahihan suatu
argumen; g) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi”.
Adapun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimaksud adalah penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematika siswa
dengan indikator: a) mengajukan dugaan b) melakukan manipulasi matematika c) menarik
kesimpulan, menyusun bukti dan memberikan alasan.
No comments:
Post a Comment