Sunday 27 March 2016

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN

A.    JUDUL
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN
(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri .............. Kabupaten  ..............)

B.     LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, hal tersebut menunjukan bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam penelitian ini penekanan pelaksanaan pendidikan dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar, khusunya pada mata pelajaran Matematika.
Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini. Semua kemajuan zaman dan perkembangan peradaban manusia tidak pernah lepas dari unsur matematika. Tanpa matematika tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah mencapai kemajuan seperti sekarang ini  Hal ini sejalan dengan pendapat Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006:106) bahwa :
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan membangun daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.

Pembelajaran Matematika sebagai ilmu dasar memegang peranan penting dalam pengembangan sains dan teknologi, karena matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara berpikir logis, sistematis dan kritis. Peranan matematika ini tidak hanya dirasakan dalam bidang matematika tetapi juga aplikasinya banyak memberikan sumbangan pada bidang lain.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hudoyo (Hasman, 2008:1) bahwa: Matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains dan teknologi. Sehingga matematika menjadi sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, para siswa dituntut untuk menguasai matematika.
Mengingat pentingnya pembelajaran matematika maka pembelajaran matematika hendaknya dilakukan sejak dini. Dalam penelitian ini penekanan pembelajaran matematika yang dilakukan di Sekolah Dasar, karena dengan mempelajari mata pelajaran matematika yang penuh dengan melakukan pemecahan masalah dan penarikan kesimpulan, peserta didik akan mampu berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerjasama dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Berdarakan hasil observasi awal yang penelit lakukan di kelas Kelas IV SD Negeri .............. ternyata menyangkut pelaskanaan pembelajaran matematika, ternyata masih diperlukan perbaikan, hal ini dilihat dari bentuk rancangan Rencana pelaksanaan Pembelajaran, proses pelaskanaan pembelajaran dan hasil hasil belajar siswa.
Bentuk rancangan Rencana Pelaksanaa Pembelajaran di Kelas IV SD Negeri ............... Pada mata pelajaran matematika sudah mengacu pada kurikulum yang berlaku. Derngan Standar Kompetensi Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.  dan Kompetensi Dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan dengan indikator 1) Melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan, 2) Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan  penjumlahan dan  Pengurangan Pecahan dan tujuan 1) Siswa mampu menyelesaikan soal mengenai operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan, 2) Siswa mampu memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan  penjumlahan dan  pengurangan pecahan. Akan tetapi bentuk rancangan yang digunakan masih bersifat umum dan klasikal. Hal ini dilihat dari bentuk rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah saja. Guru belum menggunakan suatu bentuk rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang menggunakan pendekatan, metode, strategi maupun model pembelajaran yang dianggap paling tepat.
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran masih bersifat terpusat dan masih didominasi guru, dalam artian guru cermah didepan kelas dan siswa hanya mendengarkan saja, tanpa ikut terlibat secara aktif, sehingga terkesan satu arah. Akibatnya siswa kurang berkesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan produktivitas berpikirnya. Melihat kondisi tersebut menimbul sikap siswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran tampak kesulitan dan kebingungan, sehingga berdampak siswa merasa bosan dan kurang termotivasi sekaligus merasa enggan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang masih dianggap kurang. Hal ini dilihat dari perolehan nilai siswa masih di bawah KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 70.
Melihat dari kondisi tersebut, maka peneliti beraanggapan diperlukan suatu perubahan, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih inovatif, yang bukan hanya mengandalkan metode ceramah saja, akan tetapi suatu bentuk pelaksanaan pembelajaran yang lebih interaktif dan lebih melibatkan siswa secara akatif. Oleh karena itu peneliti beranggapan penggunaan metode, model dan strategi yang paling tepat.. Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti menkankan pada model model pembelajaran yang dianggap sesuai.
Joyce (Trianto, 2007:5) mengemukakan bahwa:
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran di kelas yang mengarahkan guru mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Dari pendapat tersebut mendeskripsikan bahawa model pembelajaran merupakan sustu bentuk perencanaan dan pola yang akan digunakan dalam proses pelaksanaan pembelajaran, untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Adapun model pembelajaran yang dipilih dan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Model Problem Based Learning.
Trianto, ( 2007:67). Mengemukakan :
Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelidikan nyata dari permasalahan yang nyata.
Pendapat tersebut menunjukan bahawa Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) suatu model pembelajaran yang sifatnya melakukan penyelidikan dari masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Alas an memilih model ini mengacu pada suatu permasalahan yang nyata dan jika diselesaikan secara nyata, memungkinkan siswa memahami konsep bukan sekedar menguasai konsep konsep saja.
Mengacu dari permasalahan yang telah dipaparkan maka penulis merasa tertarik untuk untuk melakukan penelitian dengan judul : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa  melalui Model Problem Based Learning Pada Materi Pada Materi Operasi Hitung Pecahan (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri .............. Kabupaten  ..............)


C.    IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH
1.      Identifikasi Masalah
Mengacu pada pemaparan latar belakang yang telah dipaparkan menunjukan masih diperlukan beberapa perbaikan-perbaikan. Kondisi tersebut  dilihat dari hasil belajar siswa yang belum maksimal, hal tersebut kemungkinan diakibatkan oleh kondisi siswa yang belum begitu antusias dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, selain itu juga pola pembelajaran yang yang diterapkan guru cenderung terousat pada apa yang guru utarakan didepan kelas, dumana guru belum memanfaatkan metode pembelajaran yang tepat sehingga tampak monoton dan kurang efektif.
2.      Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Bagaimana perancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat gureu untuk meningkatan hasil siswa Materi Penjumlahan dan  Pengurangan Pecahan di sekolah dasar?
b.      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung pecahan di sekolah dasar?
c.       Bagaimana hasil siswa dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di sekolah dasar setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning?


D.    TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan  hasil belajar siswa pada Materi Penjumlahan dan  Pengurangan Pecahan di sekolah dasar  melalui model pembelajaran Problem Based Learning. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa siswa Kelas IV SD Negeri .............. Kabupaten  .............. dalam menyelesaikan masalah pada materi penjumlahan dan  pengurangan pecahan di sekolah dasar.
Adapun tujuan  Secara khusus dalam penelitian ini adalah:
1.      Mendeskripsikan bentuk rancangan Rencana Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran  untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung pecahan.melalui model pembelajaran Problem Based Learning
2.      Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung pecahan melalui model pembelajaran Problem Based Learning
3.      Mendeskripsikan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung pecahan melalui model pembelajaran Problem Based Learning.


E.     MANFAAT PENELITIAN
1.      Manfaat Teoretis
Pelakasnaan penelitian ini, diharapkan dapat memebantu dalam upaya untuk mengembangkan dan  meningkatkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran matematika, terutam pada pada materi operasi hitung pecahan melalui  model pembelajaran Problem Based Learning, Kelas IV SD Negeri .............. Kabupaten  ...............

2.      Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dilakukannya penelitian mencakup manfaat bagi guru, siswa dan lembaga, yaitu sebagai berikut :
a.       Bagi Guru
Upaya Meningkatkan kemampuan dan kreativitas guru dalam menyapaikan materi atau bahan ajar kepada peserta didik.
b.      Bagi Siswa
Menciptakan sikap dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran  matematika yang lebih aktif dan interaktif, sehingga siswa lebih mudah dalam memehami materi yang disampaikan guru.
c.       Bagi Lembaga
Pelaksnaan tindakan penelitian yang menyangkut rancangan, proses pembelajaran melalui metode pembelaran yang digunakan diharpkan dapat memberikan gambaran mengenai pemanfaatan model pembelajaran dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.

F.     KERANGKA BERFIKIR
Pembelajaran matematika memiliki karakter yang bersifat abstrak menyebabkan materi matematika sulit untuk dipahami oleh siswa dan menjadikan matematika menjadi materi pelajaran yang takut untuk dipelajari. Selain hal tersebut bentuk pelakasnaan pembelajaran kecenderungan masih didominasi oleh guru. Guru belum belum menerapkan suatu metode ataupun model pembelajaran yang dianggap paling tepat. Sehingga berdampak pada perolehan hasil belajar siswa upaya mengatasi hal terserbu maka  dalam pembelajaran matematika guru harus mengoptimalkan faktor-faktor yang menunjang proses pembelajaran tersebut. Salah satu faktor yang mendukung tersebut adalah penerapan metodeatau model yang tepat dalam proses pembelajaran.
Mills (Suprijono, 2011: 45) berpendapat bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.”
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Problem Based Learning.
Menurut Pendapat Trianto, (2007:67). yaitu :
Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelidikan nyata dari permasalahan yang nyata. Dari contoh permasalahan nyata jika diselesaikan secara nyata, memungkinkan siswa memahami konsep bukan sekedar menguasai konsep.

 Pendapat tersebut menujukan bahawa  model pembelajaran Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) suatu model yang pembelajaran berdasarkan temuan-temuan masalah yang dihadapi siswa, sehingga siswa dituntut untuk menyelidiki dan menyelesaikan permasalahan secara nyata. Dengan demikian maka penggunaa model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), diharapkan sesuai dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika pada materi operasi hitung pecahan.

G.    ANGGAPAN DASAR
Titik tolak yang menjadi anggapan dasar dari Penelitian Tindakan Kelas dilakukan adalah sebagai berikut;
1.      Pembelajaran Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)  merupakan salah satu model pembelajaran yang bertitik tolak pada  temuan permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelidikan nyata dari permasalahan yang nyata pembelajaran yang dapat digunakan dalam matematika, khususnya operasi hitung pecahan
2.      Pemahaman siswa pada operasi hitung pecahan di kelas IV SDN .............. Kabupaten  .............. masih dianggap rendah.

H.    HIPOTESIS TINDAKAN
Menurut Hermawan, R (2007:19) Hipotesis adalah “Jawaban sementara atau dugaan sementara terhadap pertanyaan penelitian serta memberikan manfaat bagi pelaksanaan penelitian”. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka peneliti menyusun hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut : “Jika pembelajaran dengan menggunakan suatu bentuk rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengen menggunakan berbasis masalah (problem based learning) dirancang dengan baik dan, dilaksanakan sesuai rencana dan dilakukan penilain sekaligus dievaluasi dengan baik maka diharapkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menyangkut operasi hitung pecahan siswa Kelas IV SD Negeri .............. Kabupaten .............. meningkat”.

I.       LANDASAN TEORI
1.      Pembelajaran Matematika
Menurut pendapa Suherman (2001:8) mengemukakan: “Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”. Sedangkan menurut Hudoyo (Nengsih,2006:24) menyatakan:Pembelajaran matematika adalah pemberian bantuan kepada siswa untuk membentuk konsep-konsep atau prinsip-prinsip Matematika melalui intinalisasi, sehingga konsep atau prinsip itu terbangun”.
Mengacu pada pendapt para ahli tersebut, (Suherman dkk, 2003:301) mengemukakan:
Mengajarkan ilmu pengetahuan, termasuk matematika mempunyai cara-cara yang sifatnya umum dan khusus. Keduanya harus mencakup hakekat pemahaman kognitif, afektif dan psikomotor. Disamping itu, tidak kalah pentingnya bagaimana mengkomunikasikan ide atau gagasan yang dikandung oleh ilmu pengetahuan tersebut kepada orang lain. Karena pada dasarnya, pembelajaran adalah proses menjadikan orang lain paham dan mampu menyebarkan apa yang dipahaminya”.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas maka pembelajaran matematika merupakan suatu pengembangan cara berfikir dan pemahaman siswa yang menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, guna meningkatkan dan mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan dan pendapat mengenai pemecahan masalah yang dihadapinya.

J.      MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
1.      Model Pembelajaran
Seiring dengan kemajuan zaman yang terus berkembang dari hari ke harinya, ternyata dunia pendidikan juga mengikuti arus perkembangan zaman itu. Salah satu perkembangan itu ditunjukkan dengan dihadirkannya banyak model-model pembelajaran yang biasa diterapkan saat ini.
Joyce (Trianto, 2007:5). Mengemukakan :
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran di kelas yang mengarahkan guru mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Adapun Soekamto, dkk (Trianto, 2007:5) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah:
Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model-model pembelajaran merupakan teknik yang digunakan oleh guru kepada siswa dalam menyajikan materi pembelajaran dalam sebuah proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang sudah dirancang secara sistematis dan terorganisir, guna tercapainya tujuan pembelajaran. Beberapa model pembelajaran ini diterapkan guru saat mengajarkan sesuatu kepada muridnya dengan tujuan agar pesan dari materi pembelajaran itu sendiri tersampaikan dengan mudah. Model pembelajaran yang sudah ada sejauh ini terbukti bisa sangat membantu pekerjaan para guru dikarenakan para siswa dapat mengerti, tahu, dan paham sebuah pelajaran dengan lebih mudah .
2.      Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratunaman dalam Trianto, 2007:68).
Menurut Arends (Trianto, 2007:68) pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelidikan nyata dari permasalahan yang nyata. Dari contoh permasalahan nyata jika diselesaikan secara nyata, memungkinkan siswa memahami konsep bukan sekedar menguasai konsep. (Trianto, 2007:67).

.













Hermawan, Mujono dan Suherman. (2007). Metode Penelitian Pendidikan SD. Bandung: UPI Press
Hudoyo, Herman. (1985). Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud.
Suherman, Erman. (1990) Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Tarsito
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-UPI.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Pustaka Ilmu
Trianto. 2007.  Model Pembelajaean Inovatif Berorientas Konstrutivistik. Surabaya  :  Pustaka Ilmu


--------- 2007. 


Wednesday 16 March 2016

PERUBAHAN BENDA KELAS VI SD

1.        Materi Perubahan Benda dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari penggunaan benda-benda disekitar kita. Kita duduk menggunakan kursi yang terbuat dari kayu, memakai ban sepeda yang berbahan karet, memasak dengan menggunakan wajan yang terbuat logam. Semuanya terjadi karena perubahan benda. Bagaimana cara kita untuk membuat suatu benda, kita harus memilih bahan terlebih dahulu untuk membuat suatu benda tersebut. 
Tidak semua benda dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, meskipun bahan tersebut kuat, kokoh dan tahan lama. Besi dan baja akan lebih cocok digunakan untuk menguatkan kerangka bangunan, gedung bertingkat dan kendaraan lapis baja, akan tetapi tidaklah cocok untuk pembuatan ban sepeda, karena ban sepeda harus dibuat dari bahan yang ringan.
Setiap benda atau bahan memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, berbagai benda tidak dibuat dari bahan yang sama. Mengapa demikian? Untuk membuat suatu benda, kita harus memilih bahan yang tepat. Bahan yang tepat adalah yang sesuai dengan tujuan pemanfaaatan benda. Misalnya, jas hujan dibuat dari bahan yang kedap air.
Agar bisa menentukan bahan dengan tepat, kita harus memahami sifatnya. Dengan begitu, kita dapat membuat benda sesuai dengan pemanfaatannya.
a. Karet
          Karet bersifat kuat, kedap air, lentur, tidak mudah patah, dan ringan. Karet dapat dilipat dan direnggangkan dengan mudah. Karet sangat dibututuhkan untuk bahan baku pembuatan ban kendaraan bermotor dan sepeda. Karet dan ban bekas dapat didaur ulang untuk pembuatan pot bunga, ember dan tempat sampah. Karet-karet yang dibentuk tipis dan kecil seperti karet gelang sangat berguna bagi pedagang untuk mengikat barang dagangannya. Bahan baku karet berasal dari getah pohon karet.
          Karet bersifat tidak tahan api. Ketika dipanaskan, karet menjadi sangat lengket. Oleh karenanya, karet digunakan sebagai bahan perekat. Misalnya, untuk merekatkan dua lapis kain. Dengan perekat karet inilah jas hujan pertama kali dibuat. Karet juga bersifat isolator listrik. Sifat ini dimanfaatkan untuk membungkus kabel listrik.
b.    Logam / Aluminium
Logam merupakan bahan yang bersifat kuat dan keras. Logam juga kedap air dan mampu menghantarkan panas. Logam memiliki titik didih yang tinggi sehingga sulit meleleh. Meskipun kuat dank eras, logam dapat dibentuk. Karenanya, logam dimanfaatkan sebagai kerangka bangunan dan kendaraan.
Beberapa logam mudah berkarat, contohnya besi dan baja. Adapula logam yang tidak mudah berkarat. Contohnya, emas, aluminium, perak, dan nikel. Logam ada berat, contohnya besi dan baja. Ada pula logam yang ringan, contohnya seng dan aluminium. Emas dan perak banyak dimanfaatkan sebagai perhiasaan. Sementara, nikel dapat dimanfaatkan untuk melapisi besi dan besi.
Logam bersifat tahan panas. Logam banyak dimanfaatkan dalam pembuatan alat masak. Contohnya, wajan dan cerek. Alat masak ini biasanya dibuat dari aluminium. Aluminium juga bersifat ringan dan tidak mudah berkarat. Karenanya, aluminium tepat untuk membuat alat masak.
Logam juga dimafaatkan dalam pembuatan kabel listrik. Hal ini karena logam bersifat sebagai penghantar listrik. Kabel listrik biasanya terbuat dari tembaga.
c.    Kayu
Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dimiliki bahan lain. Kayu dapat menyerap atau melepaskan air. Sifat ini dimafaatkan dalam pembuatan kertas tisu. Kertas tisu biasa digunakan untuk mengeringkan keringat. Kayu bersifat tidak dapat menghatarkan panas. Sifat ini dimanfaatkan dalam pembuatan gagang alat masak. Kayu bersifat keras, kuat, dan mudah dibentuk. Karenanya, kayu dimanfaatkan dalam pembuatan mebel dan bahan bangunan. Kayu juga dapat dibuat ukiran dan hiasaan. Kayu mempunyai sifat resonasi sehingga ikut bergetar ketika ada gelombang bunyi. Nada yang dikeluarkan dari kayu sangat enak didengar. Sifat ini dimanfaatkan pada pembuatan alat music. Contohnya, gitar, kulintang, dan biola. Kayu bersifat dapat terbakar sehingga dimafaatkan sebagai bahan bakar. Kayu juga cocok untuk membuat alat olahraga. Contohnya, pemukul bola kasti, bet (pemukul bola pingpong), dan takraw.



d.   Plastik
Plastik bayak digunakan untuk membuat berbagai macam benda. Plastik bersifat kuat, ringan, dan tidak tidak tembus air. Plastik juga trasparan, tidak berkarat, dan dapat diberi warna. Plastik menjadi lunak bila dipanaskan.
Plastik bersifat ringan dan kuat. Sifat ini dimanfaakan dalam pengemasan produk industri. Contohnya, makanan, air mineral, sampo, dan minyak goring. Selain itu, plastik mudah diberi warna sehingga terliahat menarik. Hal ini tentu saja dapat menarik perhatian pembeli. Plastik bersifat trasparan sehingga makanan dalam kemasan dapat terlihat.

Plastik banyak dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam benda karena bersifat lunak dan ringan. Plastik dapat ditemukan pada berbagai alat rumah tangga. Contohnya, sendok, piring, gelas, dan wadah sayur. Plastik juga dimanfaatkan dalam pembuatan jas hujan. Sifat yang dimanfaatkan adalah ringan, lentur, dan kedap air.