Pendekatan pembelajaran matematika yaitu cara yang ditempuh guru
dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan
siswa” (Suherman dkk, 2001:70). Adapun pendekatan pembelajaran yang cocok
dengan kondisi yang telah dipaparkan di
atas adalah pendekatan investigasi. Istilah investigasi mulai diperkenalkan
sejak terbitnya laporan dari Cockroft (Evan, 1987 dalam Syaban, 2009) yang
menyatakan bahwa :
Pembelajaran
matematika harus melibatkan aktivitas-aktivitas berikut: (1) eksposisi
(pemaparan) guru; (2) diskusi di antara siswa sendiri ataupun antara siswa dan
guru; (3) kerja praktek; (4) pemantapan dan latihan pengerjaan soal; (5)
pemecahan masalah; (6) investigasi.
Beberapa pendapat para ahli tentang investigasi di
antaranya, Height (Krismanto, 2004, dalam Syaban, 2009) mengatakan bahwa
‘Investigasi berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai
secara sistematis’. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan
seseorang dan selanjutnya orang tersebut mengomunikasikan hasil perolehannya,
dapat membandingkan hasil perolehannya dengan perolehan orang lain, karena
dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.
Talmagae dan Hart (1977, dalam Syarif, 2009)
menyatakan bahwa ‘Investigasi diawali oleh soal-soal atau masalah yang
diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan pembelajarannya cenderung terbuka,
artinya tidak terstruktur dengan ketat oleh guru’.
Investigasi secara bahasa adalah penyelidikan dengan
mencatat atau merekam fakta, melakukan peninjauan, percobaan, dan sebagainya
dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan (tentang peristiwa, sifat atau
khasiat zat, dan sebagainya) (KBBI Online, 2009). Menurut Bastow, et, al.
(1984, dalam Lidinillah, 2008):
Investigasi
matematika adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong suatu
aktivitas percobaan (experiment),
mengumpulkan data, melakukan observasi, mengidentifikasi suatu pola, membuat
dan menguji kesimpulan/dugaan (conjecture)
dan jika dapat pula sampai membuat suatu generalisasi.
Ketika melakukan suatu investigasi di kelas, perlu juga didukung
dengan suasana belajar yang kondusif yang memberikan kebebasan kepada siswa
untuk menyelidiki sendiri masalah matematika yang dihadapinya. Oleh sebab itu,
peran guru sangat berfungsi untuk selalu menjaga suasana agar investigasi tidak
berhenti di tengah jalan. Menurut Flenor (1974, dalam Syarif, 2009), peran guru
dalam kegiatan investigasi matematika adalah:
(1)
sebagai motivator dan fasilitator yang mendorong siswa untuk dapat
mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan
pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru; (2) mendorong siswa untuk
dapat memperbaiki hasil mereka sendiri atau kerja kelompoknya.
Adapun langkah-langkah pembelajaran investigasi
menurut Vui (2001, dalam Syaban: 2009) adalah:
Langkah 1 :
Pendahuluan dengan masalah
Membuat
siswa tertarik dengan memotivasi dengan baik dan membuat situasi yang dapat membangkitkan
semangat.
Langkah 2 :
Mengklarifikasi masalah
Menggunakan
pertanyaan untuk menggambarkan
pertanyaan matematika yang pokok yang terdapat dalam masalah.
Langkah 3 : Mendisain
investigasi
Guru membimbing siswa, baik secara
individual maupun kelompok untuk memilih pemecahan yang tepat yang paling memuaskan. Contoh pertanyaan bimbingan
yang dapat diberikan adalah :
1) Apa
yang kita cari dalam masalah tersebut?
2) Bagaimana
kita dapat mencoba untuk memecahkan masalah?
3) Apa
pemecahan masalah yang tepat yang mungkin berguna?
Langkah
4 : Melaksanakan investigasi
Siswa membuat dan menguji hipotesis,
mendiskusikan dan guru memberi pertanyaan-pertanyaan untuk membimbing siswa.
Langkah
5 :
Merangkum pembelajaran
Siswa membutuhkan waktu untuk
mempresentasikan temuan mereka dan menjelaskan beberapa teori yang dimilikinya
mengenai temuannya tersebut. Pertanyaan-pertanyaan mungkin dapat mengikat
temuan tersebut bersama-sama dan memunculkan proses-proses yang dipakai selama
investigasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan investigasi merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang memberikan
kemungkinan kepada siswa untuk memecahkan masalah melalui berbagai kegiatan.
Kegiatan belajar dimulai dengan memberikan masalah-masalah oleh guru, kemudian
selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh
guru. Peran guru bukan pemberi jawaban akhir dan bukan pula pemberi pertanyaan
yang mengarah kepada jawaban akhir melainkan pemberi pertanyaan yang
mengarahkan siswa untuk menyelidiki masalah matematika yang dihadapinya.
Artinya siswa sendirilah yang harus memunculkan pertanyaan dan menentukan satu
atau lebih aspek yang akan diselidiki.
No comments:
Post a Comment