Sunday, 6 March 2016

Pengaruh Penggunaan Model Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Kognitif Pada Sub Tema Keanekaragaman Hewan Dan Tumbuhan

A.   JUDUL
Pengaruh Penggunaan Model Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Kognitif Pada Sub Tema Keanekaragaman Hewan Dan Tumbuhan



B.     LATAR BELAKANG PENELITIAN
Mutu dan kualitas pendidikan dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan satu lembaga pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas hal ini ditunjukan dari prestasi belajar siswa yang dicapai dari setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran hendaknya mengacu pada kurikulum yang sudah ditetapkan dan disempurnakan. Penyempurnaan kurikulum merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan secara Nasional. 
Pendidikan secara umum adalah segala upaya dan proses yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo 2003, hlm.16).
Adapun salah satu indikator untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan satu lembaga pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah tercermin dari prestasi belajar siswa yang dicapai atau nilai yang diperoleh dari setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran hendaknya mengacu pada kurikulum yang sudah ditetapkan dan disempurnakan. Penyempurnaan kurikulum merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan secara Nasional.Adapun yang menjadi rekomendasi kurikulum pendidikan saat ini yaitu kurikulum 2013, dengan bentuk pelaksanaan pembelajaran bersifat tematik.
Menurut pendapat sutirjo.Dkk (2013. hlm 118).
  Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran  kedalam satu tema pembehahasan”. Adapun hal tersebut mencakup integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelararan dana integrasi parsial dari berbagai konsep.

 Pada saat ini penerapan kurikulum 2013, masih dianggap baru dan masih ada beberapa guru dalam pelakasanaan pembelajaran masih tampak lebih mendominasi sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran kecenderungan pemahaman siswa belum begitu tampak, hal ini dilihat dari sikap siswa yang hanya mendengarkan apa yang dibicarakan guru didepan kelas dan lebih mengedepankan penggalian aspek pengetahuan siswa, sedangkan pada kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran selain penggalian pada aspek pengetahuan juga mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Adapun tujuan pendidikan meliputi tiga ranah atau tiga kemampuan, yaitu kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor. Akibat dari ranah kognitif yaitu, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Ranah kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, penyusunan, dan penilitian (Sudjana, 1989. hlm.49).
Pada penelitian ini lebih ditekankan pada ranah kognitif. Ranah kognitif merupakan penguasaan intelektual yang mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, penyusunan, dan penelitian. Adapun salah satu indikator untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan satu lembaga pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah tercermin dari hasil belajar siswa dari setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dalam penelitian ini ranah hasil belajar kognutif yang dilpih yaitu pada penilaian hasil belajar kontif pada pemahaman siswa.  Pemahaman menuntut siswa agar dapat menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui, diman siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik dari faktor yang timbul dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar siswa dalam konteks kegiatan belajar mengajar, begitupun dengan prestasi belajar siswa. Faktor-faktor dari dalam diri siswa diantaranya kecerdasan, kesehatan jasmani, kebiasaan, bakat, modalitas, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari luar terdiri atas lingkungan, fasilitas, guru, dan sebagainya. Dua komponen itu berproses dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas peneliti mencoba menggali dan mencari suatu bentuk model pembelajaran yang dianggap tepat yang lebih mengedepankan pada konteks kegiatan belajar mengajar serta hasil belajar kognitif siswa.
Model pembelajaran Example Non Example, oleh peneliti dianggap model pembelajaran yang paling tepat, karena pembelajaran example non example merupakan salah satu bagian dari model pembelajaran kooperatif yang dalam proses pembelajarannya membentuk kelompok, sehingga didalamnya terjadi interaksi antar siswa dan adanya aktivitas baik dalam belajar maupun dalam memahami suatu materi dalam sebuah wacana materi, kemudian siswa menyusun kembali pemahaman materi yang sudah didiskusikan dengan kelompok kemudian dituangkan dalam kalimat sendiri. Dengan ini siswa akan lebih memahami materi dibandingkan dengan materi yang disampaikan guru.
Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar dalam ranah kognitif  yaitu pada aspek memahami makna materi dan aspek penerapan mengacu kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru.
Miftahul. (2013 hlm. …) menjelaskan
Example Non Example merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. Strategiini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang  disajikan. Penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah gambar. Denagn demikian, strategi ini menekankan pada konteks analisis siswa.

Adapun kelebihan dari model pembelajaran example non example menurut pendapat Apriani dkk (2007, hlm, 219) adalah :
a.     siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks.
b.    Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example
c.     Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.


Untuk membuktikan hal tersebut Peneliti akan mencoba melakukan penelitian di kelas IV pada Tema Keanekaragaman hewan dan tumbuhan  dengan sub tema Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan, dengan materi ajar: 1) Operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan) bilangan desimal dan persen, 2) Hewan langka dan tidak langka di Indonesia, dan 3) Menceritakan kembali isi teks petualangan. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode example non example  siswa dapat berperan secara aktif dalam melakukan pengamatan terhadap gambar yang diperlihatkan guru, serta mengolah, menyajikan, dan menyimpulkan materi yang dipelajari, sehingga siswa lebih memahami isi dari bahan ajar yang dipelajari dikelas dan diharapkan hasil belajar kognitif siswa akan meningkat. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Penggunaan Model Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Kognitif Pada Sub Tema Keanekaragaman Hewan Dan Tumbuhan”.

No comments:

Post a Comment