A. JUDUL
Pengaruh
Penggunaan Model Example Non Example
Terhadap Hasil Belajar Kognitif Pada Sub Tema Keanekaragaman Hewan Dan Tumbuhan
B. LATAR
BELAKANG PENELITIAN
Mutu dan kualitas pendidikan dapat
dijadikan tolak ukur keberhasilan satu lembaga pendidikan dalam menghasilkan
lulusan yang berkualitas hal ini ditunjukan dari prestasi belajar siswa yang
dicapai dari setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran hendaknya mengacu
pada kurikulum yang sudah ditetapkan dan disempurnakan. Penyempurnaan kurikulum
merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan secara Nasional.
Pendidikan secara umum adalah segala upaya dan proses yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo
Notoatmodjo 2003, hlm.16).
Adapun salah satu indikator untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan satu
lembaga pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah tercermin
dari prestasi belajar siswa yang dicapai atau nilai yang diperoleh dari setiap
pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran hendaknya mengacu pada kurikulum
yang sudah ditetapkan dan disempurnakan. Penyempurnaan kurikulum merupakan
salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan secara Nasional.Adapun yang
menjadi rekomendasi kurikulum pendidikan saat ini yaitu kurikulum 2013, dengan
bentuk pelaksanaan pembelajaran bersifat tematik.
Menurut pendapat sutirjo.Dkk (2013. hlm 118).
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran
kedalam satu tema pembehahasan”. Adapun hal tersebut mencakup integrasi
sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelararan dana integrasi
parsial dari berbagai konsep.
Pada saat ini
penerapan kurikulum 2013, masih dianggap baru dan masih ada beberapa guru dalam
pelakasanaan pembelajaran masih tampak lebih mendominasi sehingga dalam
pelaksanaan pembelajaran kecenderungan pemahaman siswa belum begitu tampak, hal
ini dilihat dari sikap siswa yang hanya mendengarkan apa yang dibicarakan guru
didepan kelas dan lebih mengedepankan penggalian aspek pengetahuan siswa,
sedangkan pada kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran selain penggalian
pada aspek pengetahuan juga mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Adapun tujuan pendidikan meliputi tiga ranah atau tiga
kemampuan, yaitu kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor.
Akibat dari ranah kognitif yaitu, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa. Ranah kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan,
penguraian, penyusunan, dan penilitian (Sudjana, 1989. hlm.49).
Pada penelitian ini lebih ditekankan pada ranah kognitif.
Ranah kognitif merupakan penguasaan intelektual yang mencakup pengetahuan,
pemahaman, penerapan, penguraian, penyusunan, dan penelitian. Adapun salah
satu indikator untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dapat dijadikan tolak
ukur keberhasilan satu lembaga pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang
berkualitas adalah tercermin dari hasil belajar siswa dari setiap pelaksanaan
kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dalam penelitian ini ranah hasil
belajar kognutif yang dilpih yaitu pada penilaian hasil belajar kontif pada
pemahaman siswa. Pemahaman menuntut siswa
agar dapat menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai
untuk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui, diman
siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban
siswa tidak sekedar mengingat kembali informasi, namun harus menunjukkan
pengertian terhadap materi yang diketahuinya.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran tergantung pada
faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik dari faktor yang timbul dari dalam
diri siswa maupun faktor dari luar siswa dalam konteks kegiatan belajar
mengajar, begitupun dengan prestasi belajar siswa. Faktor-faktor dari dalam
diri siswa diantaranya kecerdasan, kesehatan jasmani, kebiasaan, bakat,
modalitas, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari luar
terdiri atas lingkungan, fasilitas, guru, dan sebagainya. Dua komponen itu
berproses dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas peneliti mencoba
menggali dan mencari suatu bentuk model pembelajaran yang dianggap tepat yang lebih
mengedepankan pada konteks kegiatan belajar mengajar serta hasil belajar
kognitif siswa.
Model pembelajaran Example
Non Example, oleh peneliti dianggap model pembelajaran yang paling tepat, karena pembelajaran example non example merupakan salah satu bagian dari model
pembelajaran kooperatif yang dalam proses pembelajarannya membentuk kelompok,
sehingga didalamnya terjadi interaksi antar siswa dan adanya aktivitas baik
dalam belajar maupun dalam memahami suatu materi dalam sebuah wacana materi,
kemudian siswa menyusun kembali pemahaman materi yang sudah didiskusikan dengan
kelompok kemudian dituangkan dalam kalimat sendiri. Dengan ini siswa akan lebih
memahami materi dibandingkan dengan materi yang disampaikan guru.
Hasil
belajar yang dimaksud adalah hasil belajar dalam ranah kognitif yaitu pada aspek memahami makna materi dan
aspek penerapan mengacu kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah
dipelajari pada situasi yang baru.
Miftahul.
(2013 hlm. …) menjelaskan
Example Non Example
merupakan strategi pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran.
Strategiini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan
memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar
yang disajikan. Penggunaan media gambar
dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian
dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah gambar. Denagn demikian,
strategi ini menekankan pada konteks analisis siswa.
Adapun
kelebihan dari model pembelajaran example non example menurut pendapat
Apriani dkk (2007, hlm, 219) adalah :
a.
siswa
berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman
konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks.
b.
Siswa
terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka
untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example
dan non example
c.
Siswa
diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu
konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan
masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang
telah dipaparkan pada bagian example.
Untuk membuktikan hal tersebut Peneliti akan mencoba
melakukan penelitian di kelas IV pada Tema Keanekaragaman hewan dan tumbuhan dengan sub tema Keanekaragaman Hewan dan
Tumbuhan, dengan materi ajar: 1) Operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan)
bilangan desimal dan persen, 2) Hewan langka dan tidak langka di Indonesia, dan
3) Menceritakan kembali isi teks petualangan. Pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode example non example
siswa dapat berperan secara aktif dalam
melakukan pengamatan terhadap gambar yang diperlihatkan guru, serta mengolah,
menyajikan, dan menyimpulkan materi yang dipelajari, sehingga siswa lebih
memahami isi dari bahan ajar yang dipelajari dikelas dan diharapkan hasil
belajar kognitif siswa akan meningkat. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk
melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Penggunaan Model Example Non Example Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Pada Sub Tema Keanekaragaman Hewan Dan Tumbuhan”.
No comments:
Post a Comment