1.
Karakteristik Pembelajaran IPA di Tingkat
Dasar
Pembelajaran
IPA di SD/MI merupakan wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan disekelilingnya. Para pakar IPA
sepakat bahwa dengan melibatkan siswa ke dalam kegiatan IPA sejak dini akan
menghasilkan genersi dewasa yang melek sains yang dapat menghadapi tantangan
hidup dalam dunia yang makin kompetitif, sehingga mereka mampu turut serta
memilih dan mengolah informasi untuk digunakan dalam mengambil keputusan.
Tugas
penting guru IPA dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir
saintis ini dapat dituangkan dalam pembelajaran IPA bagi anak melalui
penyediaan konteks yang autentik yang melibatkan benda-benda, peristiwa,
istilah dan pengertian IPA.
a.
Ruang Lingkup Pemahaman IPA.
Ruang lingkup pembelajaran IPA menurut Hardy dan Fleer (Mulyana 2005, hlm. 15-16) yang memungkinkan para guru memami IPA dalam persfekti
yang lebih luas. Berikut ini adalah ruang lingkup pemahaman Ilmu Pengetahuan Alam yaitu sebagai berikut:
1) Ilmu Pengetahuan Alam sebagi kumpulan pengetahuan.
2) Ilmu Pengetahuan Alam
sebagai proses penelusuran (investigatioan).
3) Ilmu Pengetahuan Alam
sebagai kumpulan nilai.
4) Ilmu Pengetahuan Alam
sebagai cara untuk mengenal dunia.
5) Ilmu Pengetahuan Alam
sebagi Intuisi sosial.
6) Ilmu Pengetahuan Alam
sebagi konstruksi manusia.
7) Ilmu Pengetahuan Alam
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Dalam
penelitian ruang lingkup pembelajaran IPA yang akan dibahas lebih ditekankan
pada konsep IPA sebagai sebagian dari kehidupan sehari-hari. Sebelum membahas
lebih jauh mengenai IPA sebagai sebagian dari kehidupan sehari-hari, peneliti
terlebih dahulu akan membahas hakikta IPA.
Hakikat
pembelajaran menurut pendapat Hardy (dalam Sutardi, 2013, hlm. 15-16) IPA dapat
dikategorikan menjadi beberapa dimensi, yang meliputi:
a) Dimensi Produk
Meliputi :1) konsep-konsep, 2)prinsip-prinsip,
3) hukum-hukum dan 4) teori-teori dimensi tersebut merupakan hasil rekaan
manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan berbagai fenomena alam.
b) Dimensi Proses. Merupakan metode untuk memperoleh
pengethuan yang disebutkan dengan metode ilmiah, yang merupakan gabungan metode
induksi dan metode deduksi.
c) Dimensi Sikap Ilmiah
Merupakan kumpulan berbagai keyakinan dan
nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh setiap manusia khusunya oleh para
ilmuwan ketika menganalisis
temuan-temuan baru dan diklasifikasikan.
Adapun
dimensi pembelajaran IPA yang akan dikaji dan pilih dalam peneltian yaitu
dimensi pembelajaran IPA yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari, yaitu dimensi
produk. Alasan penentuan dimensi produk karena pada dimensi produk meliputi
tentang pemahaman maupun penguasaan pada konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum
dan teori-teori yang merupakan rekaan manusia, dalam upaya untuk memehami
sekaligus mampu menejelaskan berbagai fenomena alam. Dimensi produk dipilih
karena dianggap relevan dengan bahan ajar yang akan dibahas dan dipelajari di
kelas V Sekolah Dasar pada materi bergai peristiwa alam.
b.
Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan utama yang ingin dicapai
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran IPA (Depdiknas,
2006, hlm. 48), bahwa:
Mata pelajaran IPA di SD/MI
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan
pendapat tersebut maka mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa
memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat
mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA
untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan
Tuhan YME, serta mengembangkan rasa ingin tahu siswa tentang
konsep-konep IPA sebagai bekal pengetahuan dalam mengimplementasikan kedalam
kehidupannya sehari-hari.
B. Model
Pembelajaran Example non Example dalam pembelajaran IPA
Model pembelajaran Example
non Example merupakan pembelajaran pelaksanaannya melibatkan beberapa siswa
yang saling berhubungan saling ketergantungan secara positif antara siswa
dengan siswa, guru dengan siswa maupun siswa dengan kelompok. Guna menciptakan
sikap percaya diri, dan menciptakan sikap bertanggung jawab siswa maupun guru,
dimana dalam pelaksanaanya menciptakan rasa tanggung jawab perseorangan, tatap
muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok.
Suyatno (2009, hlm. 73) mengemukakan:
model
pembelajaran Examples non Examples merupakan
model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai
materi bahan ajar dan kompetensi. Sajian gambar ditempel atau memakai OHP,
dengan petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang
sajian gambar tadi, persentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi,
dan refleksi.
Dari pendapat tersebut maka penggunaan model pembelajaran
Examples non Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan
contoh-contoh gambar, simbol yang diperlihatkan guru melalui kasus atau gambar
yang relevan dengan kompetensi dasar. Penggunaan model pembelajaran example non example pada pembelajaran
IPA, dapat menciptakan sikap siswa yang lebih aktif dan mencari sendiri
mengenai suatu konsep dan siswa dapat memilih dan menyesuaikan contoh-contoh
yang ada melalui gambar tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
siswa. Dari pemaparan tersebut maka penggunaan
model pembelajaran Examples non Examples
pada pembelajaran IPA, lebih ditekankan pada kontek kemampuan analisis siswa.
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas maka pemebelajaran
Examples non Examples bertujuan untuk pemahaman siswa tentang examples (contoh) and non examples
(bukan contoh) sehingga siswa dapat membedakan dari suatu definisi konsep yang
ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep
yang ada. Examples memberikan
gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang
dibahas, sedangkan non-examples
memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
sedang dibahas.
a. Kelebihan dan Kelemahan
Model Example Non Example
Menurut
Buehl (dalam Apriani dkk, 2007, hlm. 219) mengemukakan kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran Example non Example antara lain:
1)
Kelebihan
a)
Siswa
berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas kinerja
konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks.
b)
Siswa
terlibat dalam satu proses discovery
(penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari example dan non example.
c)
Siswa
diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu
konsep dengan mempertimbangkan bagian non
example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan
suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
2) Kelemahan
Ada dua kelemahan dalam menggunakan model Examples Non Examples, diantaranya:
1) Tidak
semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Memakan
waktu yang banyak.
Kelebihan
model example non example berdasarkan
pendapat tersebut diatas yaitu dapat memperluas kinerja siswa dalam mempelajari
suatu konsep secara medalam dan kompleks, selain itu juga dalam proses
pelaksanaanya siswa terlibat langsung secara aktif dalam mengkaji dan
mengembangkan sustu konsep berdasarkan pengalaman. Adapun yang menjadi
kelemahan model example non example
adalah tidak semua materi dalam proses pmbelajarannya menggunkana model ini,
dalam artian semua materi dapat disajikan dengan menggunakan gambar, selain itu
juga dalam pelaksanaan membutuhkan waktu yang cukup banyak.
b. Langkah-langkah model
Pembelajaran Examples non Examples
Menurut Suprijono (2009, hlm. 125) langkah-langkah model
pembelajaran Examples non Examples diantaranya:
1)
Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2)
Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3)
Guru
membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 2-3 siswa.
4)
Guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk
memperhatikan dan/atau menganalisi gambar.
5)
Memcatat
hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas.
6)
Memberi
kesempatan bagi tiap kelompok membacakan hasil diskusinya.
7)
Berdasarkan
komentar atau hasil diskusi siswa, guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang
ingin dicapai.
8)
Penutup.
Berdasarkan pendapat tersebut langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru mempersiapkan gambar-gambar yang susuai dengan materi yang akan ajarkan,
setelah gambar-gambar sudah dipersiapkan kemudian guru mulai menayangkan melalui
infokus. Karena model example non example merupakan model cooperative learning maka guru menyuruh siswa untuk membentuk
kelompok kerja. Setelah terbentuk kelompok kemudian dilanjutkan dengan membimbing
siswa untuk berdiskusi menganalisi gambar dan mencatat hasil analisis pada
kertas yang sudah disediakan. Setelah berdiskusi dan selesai kemudian siswa
membacakan hasil diskusinya didepan kelas dan siswa lain menanggapi. Setelah
kegiatan selesai kemudian guru menjelaskan keseluruhan materi yang telah dipelajari
dan ditarik kesimpulan.
No comments:
Post a Comment