BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Penelitian
Ilmu Pendidikan
Sosial merupakan mata pelajaran yang menjadi alat dan media bagi siswa, karena
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pembelajaran yang dapat mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial dan kewarganegaraan.
Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan,
sikap, pemahaman, dan kemampuan
analisis terhadap kondisi sosial masyarakat
dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
menggunakan konsep terpadu dan pendekatan konstektual untuk meningkatkan dan
mengembangkan kecerdasan sikap, keterampilan sosial. Pendidikan tersebut
diwujudkan melalui metode inkuiri, eksplorasi, pemecahan masalah.
Metode-metode
tersebut dilaksanakan secara variasi di dalam atau di luar kelas dengan
memperhatikan ketersediaan sumber belajar. Penggunaan berbagai media yang
mempunyai potensi untuk menambah wawasan dan konteks belajar serta meningkatkan
hasil belajar.
|
Proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar, pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi transaksional
yang bersifat timbal balik baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa,
atau siswa dengan lingkungan, dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pasal 19 ayat 1 Permendiknas nomor 19 tahun 2005 menjelaskan bahwa:
Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kretaivitas, dan
kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikis peserta
didik
Proses
komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media
tertentu ke penyedia pesan. Dalam
pembelajaran siswa dituntut untuk belajar berfikir kritis, kreatif, dalam
pengumpulan data, pemahaman suatu isu, dan pemecahan suatu masalah. Pengetahuan
ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan dalam kelompok, seperti dikemukakan oleh
Johnson dan Smith dalam Lie (2005: 56) mengemukakan bahwa “belajar
adalah suatu proses pribadi tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika
masing-masing orang berhubungan dengan yang lainnya, dan membangun pengertian
dan pengetahuan bersama”.
Belajar adalah proses/hasil perubahan pada
aspek kapabilitas (pengetahuan, sikap
dan keterampilan, serta perilaku) sebagai akibat berinteraksi dengan
lingkungannya. Perubahan perilaku yang
relatif permanen itu ditentukan oleh stimuli yang dipasok oleh lingkungan luar
seseorang, perubahan tingkah laku seseorang dapat dikendalikan melalui pengendalian stimuli lingkungan yang
tepat sebagai hasil latihan (behavorist).
Peran guru dalam
proses pembelajaran adalah sebagai perancang kegiatan pembelajaran, sebagai
fasilitator dan mediator, yang mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif,
mampu memilih dan menggunakan media pembelajaran, menggunakan metode dan
pendekatan yang sesuai dengan materi, tujuan pembelajaran, dan karakteristik
siswa, sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan aktivitas belajar serta
memperoleh hasil belajar yang optimal.
Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang
terdiri atas komponen- komponen yang bersifat sistemik. Artinya
komponen-komponen dalam proses pembelajaran itu saling berkaitan secara
fungsional dan secara bersama-sama menentukan optimalisasi proses dan hasil
pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut menurut dijabarkan atas
pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Sedangkan menurut Winkel
(1999: 4), “komponen pembelajaran terdiri dari tujuan
pembelajaran, kondisi awal, prosedur didaktik, pengelompokan siswa, materi,
media, dan penilaian”.
Selanjutnya Winkel (1999 : 4), menegaskan
bahwa tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai:
1. Organisator
2. Fasilitator
3. Dinamisator, dan
4. Evaluator.
Secara operasional, tugas dan peran guru dalam
proses pembelajaran meliputi seluruh penanganan komponen pembelajaran yang
meliputi proses pembuatan rencana pembelajaran, penyampaian materi
pembelajaran, pengelolaan kelas, pembimbingan, dan penilaian, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan lancar dan membuahkan hasil yang optimal sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi
terhadap materi yang diajarkan dan kompetensi dalam hal memberdayakan semua
komponen pembelajaran, sehingga seluruh elemen pembelajaran dapat bersinergi
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Semakin tinggi
aktivitas siswa dalam pembelajaran semakin tinggi pula kemungkinan pencapaian
hasil belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2004: 37) bahwa “proses pembelajaran yang
optimal dapat meningkatkan hasil belajar yang optimal”.
Pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga atau media pembelajaran
sangat diperlukan dan dilakukan, karena proses pembelajaran merupakan aktivitas yang melibatkan fisik dan
psikis siwa. Di samping
itu pula media pembelajaran mempunyai fungsi dan nilai dalam proses pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana
(2002 : 16) menegaskan bahwa “Media berfungsi untuk
membantu siswa memudahkan dalam menangkap pengertian, mempertinggi mutu
pelajaran, memberikan pengalaman nyata, dan menumbuhkan kegiatan berusaha
sendiri”
Mengenal media
pengajaran dan memahami cara-cara penggunaannya akan sangat membantu tugas para
guru dalam meningkatkan efektifitas proses pengajaran. Jerome Bruner (1960: 56) membagi alat instruksional dalam
empat macam menurut fungsinya adalah:
1.
Alat
untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”,
yaitu menyajikan bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka
peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan
melalui film, televisI, rekaman suara, dan lain-lain. “vicarious” berarti sebagai subsitusi untuk mengganti pengalaman
yang langsung.
2.
Alat
model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu
gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen
atau demosntrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami
prinsip, atau struktur produk.
3.
Alat
dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh,
film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberikan
perhatian tentang suatu ide atau gejala.
4.
Alat
autimatisasi seperti “teaching mechine”
atau pelajaran berprograma, menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dalam urutan yang teratur
dan memberi balikan atau feedback tentang respon murid. Alat ini dapat
meringankan beban guru. Alat ini tidak akan menggantikannya seperti halnya
buku. Selain itu alat ini segera memberikan feedback dan memberi jalan untuk
memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh murid.
Banyak alat
maupun media yang tersedia bagi guru, namun yang penting dalam merencanakan
pembelajaran dan mengimplementasikannya dalam mengajar ialah bagaimana cara
menggunakan alat-alat media pendidikan ini sebagai suatu sistem yang
terintegrasi dalam pembelajaran. Tugas seorang pendidik adalah tugas yang
professional, selalu menghadapi tantangan apabila ingin mejadi pendidik yang
kreatif, dinamis, kritis dan ilmiah. Sebelum ia menentukan bahan pelajaran, ia
harus harus menentukan tujuan instruksional yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siw, kemampuan apa saja yang dikembangkan, menyusun kegiatan belajar
mengajar, untuk itu ia harus mampu menentukan media dan metode pengajaran yang
tepat. Kenyataan di lapangan pendapat-pendapat tersebut tidak dapat
dilaksanakan dengan tuntutan dan harapan, baik ditinjau dari kemampuan guru,
kemampuan siswa, di dalam kegiatan awal belum dapat memotivasi siswa dan
merespon siswa, penyajian gambar atau teknik bertanya dalam apersepsi belum
menggali pengetahuan siswa, dalam kegiatan inti siswa belum menunjukkaan
aktivitas yang optimal, belum dapat menggunakan peta sebagai media, perhatian,
dan interaksi masih kurang, dan dalam menutup pembelajaran masih belum
sempurna, ketika membuat kesimpulan, dalam kegiatan refleksi siswa belum
dilibatkan, tidak memberikan hasil belajar yang metupakan balikan, dalam
pemberian tindak lanjut yang berupa penugasan berbentuk pekerjaan rumah kurang
jelas, dan hasil belajar masih belum mencapai KKM yang telah ditetapkan.
Berdasarkan
hasil refleksi awal peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang muncul saat
pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman
siswa terhadap peta masih rendah
2. Siswa
kurang aktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
3. Respon
siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru berkurang
4. Keterlibatan
siswa dalam menggunakan media masih kurang
5. Hasil
belajar siswa sebagian besar masih dibawah KKM
6. Siswa
hanya menerima informasi tanpa ada balikan
7. Tingkat
kejenuhan siswa di dalam kelas tinggi karena pemusatan perhatian rendah.
Faktor kejenuhan yang
dialami siswa yaitu:
a.
Siswa mempunyai daya serap
rendah.
Gairah
mengajar guru untuk mengajar sering kali terpancing karena di dalam kelas ada
beberapa orang siswa yang cukup pintar. Pada umumnya
penyebab rendahnya daya serap siswa di sekolah adalah karena mereka tidak
terbiasa dengan budaya membaca sehingga lambat dalam menganalisa. Dapat diamati
bahwa siswa yang telah terbiasa dalam budaya membaca tidak mengalami kesulitan
dalam proses pembelajaran.
b.
Alokasi waktu yang
berlebihan.
c.
Adanya konflik pikiran anak
didik.
d.
Selain itu, sikap jenuh
yang mereka rasakan bisa disebabkan karena ketidakmampuan dalam mengerjakan
setiap soal yang diberikan.
Hal
tersebut kemungkinan penyebabnya adalah sebagai berikut:
1.
Penggunaan metode yang masih
konvensional sehingga menyebabkan pembelajaran kurang menarik bagi siswa merasa
jenuh dan kurang memahami apa yang telah disampaikan oleh gurunya dan akhirnya
menyebabkan daya ingat siswa tidak bisa bertahan lama atau mudah lupa dengan
pembelajaran yang sudah diajarkan gurunya, siswa kurang dilatih untuk aktif dan
mandiri dalam proses pembelajaran.
2.
Guru masih mendominasi
sehingga interaksi berlangsung hanya satu arah.
3.
Kelelahan.Guru
memiliki jumlah jam/waktu mengajar yang terlalu banyak. Walau pada sekolah
pengabdiannya hanya mengajar beberapa jam saja, tetapi karena tuntutan hidup ia
pun menjadi guru sukarela. Atau bisa jadi karena kelelahan fisik setelah
menjadi guru selama puluhan tahun.
4.
Pembelajarannya
monoton/kreativitas guru kurang.kreativitas seorang guru sangat
ditentukan oleh kedalaman pengetahuan dan wawasan. Guru kurang memiliki
kemampuan dan tidak menguasai metode, strategi
dan pendekatan belajar yang dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan
dan membangkitkan minat siswa.
5. Kurang memahami karakteristik siswanya.
Materi
pelajaran (tidak sesuai dengan usia anak), cara penyampaian materi (bagi
seorang anak, tidak ada materi pelajaran yang sulit apabila guru dapat
menyampaikannya dengan cara yang aktif, kreatif dan menyenangkan).
Timbul beberapa anggapan yang keliru
terhadap IPS selama ini, antara lain sebagai berikut:
1.
Pelajaran IPS adalah pelajaran hapalan belaka yang
disampaikan oleh guru secara ceramah, bercerita di muka kelas dan siswa akan
jenuh dan bosan belajar IPS
2.
Dalam pelajaran IPS, tidak dapat menggunakan alat-alat
kongkret yang dapat dimanipulasi (otak-atik) siswa, sehingga mereka pasif dalam
belajar.
3.
Dalam pelajaran IPS, hasil catatan siswa biasanya
merupakan catatan linier yang ditulis baris perbaris sehingga catatannya kurang
menarik dan membuat siswa malas untuk membacanya kembali.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan menggunakan suatu teknik yaitu teknik mind mapping dan penggunaan media yaitu
peta mozaik yang diasumsikan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam
membaca peta, meningkatkan kemampuan guru dalam hal kreativitas dan pemilihan
media pembelajaran, yang menjadi permasalahan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1
.......... Kecamatan .......... Kabupaten ........... Upaya tersebut
direalisasikan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan
Teknik Mind Mapping dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Peta
Melalui Mozaik dalam Pembelajaran IPS”.
B.
Identifikasi,
Rumusan Masalah, dan Pemecahan Masalah
1.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut, maka guru kelas V di
SD Negeri 1 .......... berhadapan dengan masalah bahwa metode yang monoton dan
konvensional sering digunakan belum menghasilkan pembelajaran IPS yang efektif.
Hal ini ditunjukkan bahwa kenyataan bahwa waktu belajar siswa dalam kelas masih
banyak yang terbuang, masih banyak siswa yang mengobrol, bermain-main sendiri,
tidak memperhatikan guru dan bahkan menulis serta membuat coretan gambar sesuai
dengan keinginannya sendiri, kegiatan siswa yang berhubungan dengan
keterampilan komunikasi personal masih sangat rendah dan hasil belajar
penguasaan konsep pun masih belum mencapai standar yang ditetapkan.
Guru kelas V SD Negeri
1 .......... menyadari bahwa kebiasaan selama ini yakni menyajikan pembelajaran
IPS sangat verbalistik dengan metode utama yaitu ceramah dan tanya jawab
menjadi salah satu penyebab kesulitan mereka untuk mengembangkan keterampilan
siswa dalam membaca peta pada pembelajaran IPS.
Sehubungan dengan
identifikasi masalah tersebut, maka sudah saatnya guru mengubah paradigma
proses pembelajaran dari yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) berubah menjadi berpusat pada siswa (student
centered), sehingga siswa aktif pada pembelajaran, dan suasana kelas yang
tadinya pasif, monoton, dan menjenuhkan berubah menjadi suasana belajar yang
aktif dan menyenangkan.
Berdasarkan
hal tersebut,
agar pembelajaran IPS tidak terlalu monoton dan siswa aktif dalam pembelajaran,
maka peneliti mencoba menerapkan teknik mind
mapping sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.
Upaya tersebut direalisasikan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
judul “Penerapan Teknik Mind Mapping dalam Meningkatkan
Keterampilan Membaca Peta Melalui Penggunaan Media Peta Mozaik”.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang dan identifikasi masalah dan refleksi awal terhadap proses
pembelajaran, maka penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah dengan
penerapan teknik mind mapping dan
penggunaan peta mozaik dapat meningkatkan kemampuan membaca peta dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 ..........
Kecamatan .......... Kabupaten ..........?.
Penelitian ini lebih
terarah, mencapai tujuan yang diharapkan, dan mengatasi permasalahan yang
spesifik, maka secara khusus permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana
model perencanaan yang efektif penerapan teknik mind map dalam pembelajaran keterampilan membaca peta siswa kelas
VSekolah Dasar Negeri 1 .......... Kecamatan .......... Kabupaten ..........?
b. Bagaimana
model pelaksanaan yang efektif penerapan teknik mind map dalam pembelajaran keterampilan membaca peta siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri 1 .......... Kecamatan .......... Kabupaten ..........?
c. Bagaimana
peningkatan keterampilan
membaca peta melalui penerapan teknik mind
map dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 ..........
Kecamatan .......... Kabupaten ..........?
Untuk
memfokuskan penelitian
ini agar memperoleh hasil yang maksimal maka peneliti membatasi masalah yang
diteliti dalam pembelajaran IPS dengan topik
Benua Afrika di Kelas V di SD Negeri 1 .......... Kecamatan ..........
Kabupaten ........... Media yang digunakan agar lebih menarik dan menumbuhkan
kreativitas yaitu penggunaan media peta mozaik untuk meningkatkan keaktifan dan
keterampilan membaca peta dunia.
3.
Pemecahan
Masalah
Permasalahan tentang
bagaimana dengan penerapan teknik mind mapping dan penggunaan peta mozaik dapat
meningkatkan kemampuan membaca peta dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 .......... akan dilaksanakan melalui serangkaian
pembelajaran yang dikemas dalam bentuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
Pemilihan teknik mind mapping pada pembelajaran IPS
antara lain Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang
terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak
maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna,
simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang
diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya
emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan
yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan
mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah
menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam
proses pembuatan mind mapping.
Pemilihan
media mozaik dalam pendukung terlaksanakannya konsep mind mapping ini karena siswa adalah individual yang unik artinya
tidak ada dua orang siswa yang sama persis. Dengan perbedaan karakteristik dan
sifat-sifatnya perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran yang
kreatif, aktif, dan menyenangkan. Oleh karena itu, konsep bermain puzzle/
mozaik sangat cocok diterapkan sebagai daya pendukung terciptanya suasana
belajar yang menghasilkan kreativitas setiap siswa
C.
Tujuan
Penelitian
Bertitik tolak
dari permasalahan kurangnya kemampuan siswa dalam membaca peta dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi Benua Afrika, perlu melaksanakan
perbaikan pembelajaran dengan tujuan seperti berikut:
1.
Secara
Umum
Untuk mendapatkan data
yang akurat tentang penggunaan media pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
benua Afrika, sebagai upaya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca peta.
2.
Secara
Khusus
a. Untuk
mengoptimalisasikan kemampuan guru terhadap penggunaan media pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Benua Afrika, sebagainupaya meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca peta benua Afrika
b. Mengoptimalkan
guru memperoleh model pelaksanaan yang efektif penerapan teknik mind map dalam pembelajaran membaca peta
benua Afrika.
c. Mengoptimalkan
keterampilaan membaca peta melalui penerapan teknik mind map dalam pembelajaran ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V
Sekolah Dasar negeri 1 .......... Kecamatan .......... Kabupaten ...........
D.
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
Manfaat secara teoritis
kegiatan penelitian ini adalah mengembangkan ilmu pendidikan tentang
pelaksanaan penerapan teknik mind map
dalam keterampilan membaca peta siswa kelas V Sekolah Dasar.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Guru
1)
Menambah wawasan pengetahuan dan
pengalaman dalam
memecahkan permasalahan pembelajaran khususnya upaya peningkatan keterampilan
siswa dalam membaca peta kelas V Sekolah Dasar.
2)
Dapat menemukan alternatif teknik
pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta
daya ingat siswa, sebagai media untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam
pembelajaran IPS.
3)
Mengatasi problem pembelajaran yang
selama ini banyak dikeluhkan terutama berkaitan dengan ketidakberhasilan
pembelajaran IPS. Sehingga, dengan diterapkannya teknik pembelajaran tersebut
diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
b. Bagi
Peserta Didik
1)
Memiliki pengalaman dalam memecahkan
permasalahan pembelajaran dengan pola kerjasama, kepemimpinan, demokrasi.
2)
Memiliki kesadaran bahwa hidup manusia
dibangun atas dasar saling menumbuhkan kemampuan kerjasama, kepemimpinan, dan
sikap demokrasi diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kerjasama yang diatur
akan menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi siswa untuk bekal hidupnya.
3)
Siswa bisa mendapatkan pembelajaran yang
menarik, aktivitas belajar siswa dapat meningkat, kemampuan daya ingat siswa
meningkat sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
4)
Dapat memberikan wawasan ilmu dan pengetahuan bagi
siswa untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Bagi
Sekolah
1)
Dapat memberikan inovasi kearah yang
lebih baik.
2)
Dapat meningkatkan mutu lulusan di
Sekolah Dasar Negeri 1 ...........
3)
Dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan kreativitas guru, sebagai masukan dan
pertimbangan untuk menentukan arah kebijakan sekolah khususnya dalam pembinaan
dan pemberian layanan pengembangan profesi akademik para guru di sekolah.
Sehingga, bagi sekolah yang memiliki kekurangan, penelitian ini dapat digunakan
untuk memberikan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
E.
Sistematika
Skripsi
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PERSEMBAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Penelitian
B. Identifikasi
dan Rumusan Masalah
1. Identikasi
Masalah
2. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Penelitian
D. Manfaat
Penelitian
E. Sistematika
Skripsi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Kajian
Pustaka
1. Pengertian
Pembelajaran
2. Pembelajaran
Ilmu Pendidikan Sosial
3. Teknik
Mind Mapping
4. Media
Pembelajaran
5. Media
Mozaik
B. Kerangka
Pemikiran
C. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode
Penelitian
B. Lokasi
dan Subjek Penelitian
C. Desain
Penelitian
D. Prosedur
Penelitian
E. Definisi
Operasional
F. Instrument
Penelitian
G. Teknik
Pengumpulan Data
H. Analisis
Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan
Penelitian
B. Pembahasan
Hasil Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment