Friday 4 March 2016

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT PERHITUNGAN BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS V SEKOLAH DASAR



A.    LATAR BELAKANG
Kualitas kehidupan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nurhadi (2003: 1) bahwa  peran pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka dan demokratis upaya mencapai tujuan tersbut hendakanya pelaksanaan pendidikan dimulai dari sejak dini baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Adapun penekanan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dilingkungan sekolah, yaitu sekolah dasar. Sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang memuat berbagai mata pelajaran termasuk mata pelajaran matematika.
Sekolah dipandang sebagai tempat yang paling tepat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang menguasai, mengembangkan serta menggunakan matematika di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika merupakan sangat dikatakan sangat penting karena pembelajaran matematika dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pembelajaran lainnya dan saling ketergantungan antara konsep yang satu dengan lainnya. Oleh Karena pelajaran matematika menuntut para guru untuk mampu menyampaikan konsep yang dimaksud kepada siswa.
Sri Subariah (2006:1) Mengatakan bahwa “Belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep ean mencari hubungan antar konsep ean strukturnya”.  Dari keterangan tersebut secara sederhana dapat diartikan bahwa konsep pertama pada pembelajaran matematika, sangat menentukan bagi pemahaman konsep selanjutnya.
Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain (Antonius, 2006: 1), sehingga jatuh bangunnya suatu bangsa tergantung kemajuan yang dicapai bangsa di bidang matematika. Dari hubungan ini menyebabkan mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran inti disetiap jenjang sekolah. Sekolah dipandang sebagai tempat yang sangat strategis untuk menghasilkan sumber daya manusia yang menguasai matematika agar mampu  menguasai, menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut pendapat Pitajeng (2006: 1), menyatakan bahwa “banyak orang yang tidak menyukai matematika, termasuk anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah. Hal ini karena masih banyak yang beranggapan bahwa matematika sulit dipelajari, membosankan, tidak menyenangkan, dan menakutkan dari sikap tersebut sehingga berdampak pada prestasi belajar matematika mereka menjadi rendah sehingga prestasi belajar matematika mereka semakin merosot.  Melihat dari beberapa anggapan dan hasil belajar siswa yang masih di bawah standar Kompetensi yang ditentukan, maka diperlukan perhatian khusus dari para guru serta calon guru untuk melakukan suatu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas V SDN Pengadilan 1, dengan Standar Kompetensi Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dan Kompetensi Dasar Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya pembulatan dan penaksiran. Dalam pelaksanaan  Guru belum melakukan suatu bentuk atau model pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan siswa secara aktif dan kreatif. Sehingga hal ini berdampak pada siswa jarang mendapatkan kesempatan berperan dalam mengeluarkan pendapat  dalam proses pelaksanaan pembelajaran didalam kelas termasik dalam menyelesaiaka soal-soal yang diberikan guru. Hal tersebut menunjukan permasalahan kontekstual yang seharusnya menjadi pengantar pembelajaran untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika.. Sehingga berdampak guru mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika yang diajarkan. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya nilai mata pelajaran matematika siswa dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Upaya mengatasi permasalahan tersebut penulis beranggapan, bahwa dalam pembelajaran matematika diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan pelaksanaanya lebih nyata. Salah satunya adalah pendekatan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual untuk mengajarkan matematika tentang operasi hitung bilangan bulat Melalui pendekatan ini, dalam mengajar guru terlebih dahulu menggunakan alat peraga yang berupa benda-benda konkret.
Nurhadi (2003: 13) mengemukakan pernyataan ringkas tentang pendekatan kontekstual adalah:
konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit-demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, berbagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukan bahwa pendekatan kontekstual konsep pembelajarannya adalah guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya. Dengan pendekatan kontekstual, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar.
Upaya mengatasi permasalahan dan alasan-alasan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian demgan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). dengan judul: “Meningkatkan Pemahaman siswa pada materi Sifat-Sifat perhitungan Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Kontekstual di kelas V SDN Pengadilan 1”








B.     PERUMUSAN MASALAH
1.      Identifikasi dan Analisis Masalah
Upaya mencapai sasaran yang dikehendaki sebagaimana latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis menyampaikan identifikasi dan analisis masalah sebagai berikut:
a.      Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru belum melakukan suatu bentuk pendekatan atau model pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan siswa secara aktif dan kreatif.
b.     Dalam pelaksanaan proses pembelajaran siswa belum terlibat secara aktif, sehingga siswa belum termotivasi, enggan, bahkan tampak bosan.
c.      Rendahnya pemahaman siswa sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

2.      Rumusan Masalah
Dari pemaparan identifikasi dan analisis masalah di atas, maka penulis menyampaikan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai               berikut:
a.      Bagaimana perencanaan pembelajaran upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual?
b.     Bagaimana pelaksanaan pembelajaran upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual?
c.      Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada materi Sifat-Sifat perhitungan Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Kontekstual?

C.    TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan idenfikasi masalah dan Analisis masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian adalah :
1.      Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran  dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual.
2.      Meningkatkan pelaksanaan pelaksanaan proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual.
3.      Meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual.

D.    MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagi siswa
a.       Menambah pemahaman siswa mengenai materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual
b.      Menambah wawasan siswa tentang mengenai materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual
c.       Menumbuhkan partisipasi secara aktif siswa dalam pembelajaran mengenai materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual
2.      Bagi guru
a.       Memberikan motivasi untuk mencari pendekatan alternatif model pembelajaran
b.      Dapat dijadikan alternatif model pembelajaran matematika
c.       Dapat memperbaiki proses pembelajaran.
3.      Bagi lembaga atau sekolah.
a.       Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sesuai dengan diharapkan dapat menigkatkan kualitas siswa, guru dan lembaga secara      optimal.
b.      Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.


E.     DEFINISI OPERASIONAL
Upaya mengurangi kesalahan maka definisi operasional terhadap istilah-istilah sebagai berikut :
a.       Pendekatan kontesktual merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari
b.      Sifat-sifat pengerjaan hitung pada bilangan bulat yang akan dipelajari sifat komutatif, asosiatif, dan distributif.
c.       Peningkatan pemahaman siswa adalah suatu hasil perbandingan terhadap nilai prestasi siswa antara sebelum dengan sesudah siswa memperoleh pengalaman belajar dengan menggunakan metode tertentu pada penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kontekstual, apabila siswa mengalami peningkatan hasil belajar, maka hal tersebut diyakini sebagai adanya peningkatan pemahaman siswa.

F.     HIPOTESIS
Hipotesis tindakan kelas yang di ambil oleh peneliti adalah: “Jika perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual, maka penguasaan siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat dalam pembelajaran Matematika  di kelas V SDN Pengadilan 1 meningkat”.

G.    LANDASAN TEORI
1.      Pembelajaran Matematika
Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam proses pembelajaran matematika sudah tentu peranan guru dalam proses pelaksanaanya. Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (1988: 73) yang mengemukakan bahwa:
mengajar adalah suatu kegiatan dimana mengajar menyampaikan pengetahuan, pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik”. Proses belajar-mengajar merupakan kunci keberhasilan dalam kegiatan belajar-mengajar. Dimana pelaksanaan proses belajar-mengajar yang baik akan memberikan hasil belajar yang baik pula. Dan sebaliknya pelaksanaan proses belajar-mengajar yang kurang baik maka hasil yang dicapai dalam pembelajaran juga kurang baik.

Dari pendapat ahli tersebut diatas maka pada hakekatnya proses belajar-mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa, Dimana siswa bertindak sebagai komunikan pada proses belajar-mengajar dan komunikatornya adalah guru dan siswa.
2.      Sifat-Sifat Pengerjaan Hitung padaBilangan Bulat
Sifat-sifat pengerjaan hitung pada bilangan bulat yang akan dipelajari sifat komutatif, asosiatif, dan distributif. Mungkin kamu pernah menggunakan sifat-sifat tersebut, tetapi belum tahu nama sifat-sifatnya.

a.       Sifat Komutatif (Pertukaran)
Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Sifat ini hanya berlaku pada operasi penjumlahan dan perkalian.
1)      Sifat komutatif pada Penjumlahan
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTEJuYuTPVtiGr_9P9WCqeL06HeiiNQOXvtarfdCMCvRdUP7_KqMcAFfFDHIt_Eo9zB4D184K_wQ1qQ_BhYtRMXIikmban8Gij6CQAmeoSflSX3YZg_7jlUVjxY5ozFeIP16TAKpJnHfje/s320/gambar1.jpgBentuk umum dari sifat komutatif pada penjumlahan yaitu a + b = b + a. Untuk memperjalasnya perhatikan contoh berikut ini :







2)      Sifat komutatif pada Perkalian
Bentuk umum dari sifat komutatif pada perkalian yaitu a x b =            b x a. Untuk memperjalasnya perhatikan contoh berikut ini :
5        × 7 = 35
6        7 × 5 = 35
7        Jadi, 5 × 7 = 7 × 5
b.      Sifat Asosiatif
Sifat Asosiatif disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini juga hanya berlaku pada operasi penjumlahan dan perkalian.
Bentuk umum dari sifat Asosiatif pada operasi penjumlahan (a + b ) + c = a + ( b + c ) dan operasi perkalian ( a x b ) x c = a x ( b x c ) .
Untuk memperjalasnya perhatikan contoh berikut ini :
1)      Sifat Asosiatif pada Penjumlahan
Bentuk umum dari sifat asosiatif pada operasi penjumlahan (a + b ) + c = a + ( b + c ) . Untuk memperjalasnya perhatikan contoh berikut ini :
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7AoIDShetYsZOJW1uAfu608oTHFKdDS8W2JsxHc0FvCc9P4APfnOBLYZmvSFEsEISY1mQWCZRhIqJEi4Lk0HE1yXSMOH7Kl0AKqoUI26AFNb5w-qzhvbwxGH6l3E45ncxXTeGwjWgBvSe/s320/gambar2.jpg
2)      Pada Perkalian
Bentuk umum dari sifat asosiatif pada operasi perkalian ( a x b ) x c = a x ( b x c ) .Untuk memperjalasnya perhatikan contoh berikut ini :
(5 × 3) × 4 = 15 × 4 = 60
5 × (3 × 4) = 5 × 12 = 60
Jadi, (5 × 3) × 4 = 5 × (3 × 4)
c.       sifat distributif disebut juga sifat penyebaran.
Sifat distributif ada 2 yaitu :

1)      Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dengan bentuk umum
a x ( b + c ) = ( a x b ) + ( a x c ).
Untuk memperjalasnya perhatikan contoh berikut ini :
6 × ( 4 + 5 ) = 6 × 9 = 54
( 6 × 4 ) + ( 6 × 5 ) = 24 + 30 = 54
Jadi, 6 × ( 4 + 5 ) = ( 6 × 4 ) + ( 6 × 5 )
2)      Sifat distributif perkalian terhadap pengurangan  dengan bentuk umum
a x ( b – c ) = ( a x b ) – ( a x c )
Untuk memperjalasnya perhatikan contoh berikut ini :
8 × ( 9 − 6 ) = 7 × 3 = 21     
( 7 × 9 ) − ( 7 × 6 ) = 63 − 42 = 21
7 × ( 9 − 6 ) = ( 7 × 9 ) − ( 7 × 6 )
3.      Pendekatan Kontekstual
Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika diharapkan, siswa akan belajar akan ikut terlibat secara aktif dan berjalan dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah (Nurhadi, 2003: 8).
Nurhadi (2003: 13) mengemukakan pernyataan ringkas tentang pendekatan kontekstual adalah:
Konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit-demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, berbagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Dari pendapat teersebut pendekatan kontekstual mengasumsikan dalam proses pelaksanaanya dapat membantu  siswa menemukan makna dalam pendidikan dengan cara membuat hubungan antara apa yang mereka peroleh di dunia nyata dengan yang mereka pelajari di sekolah untuk kemudian menerapkan pengetahuan tersebut di dunia nyata. Inti pendekatan kontekstual adalah “melibatkan situasi dunia nyata sebagai sumber maupun terapan materi pelajaran” (Aisyah,2006: 10).
Adapun pendekatan kontekstual menurut pendapat (Aisyah, 2006: 11), terdapat beberapa ciri, yaitu :
1.      Pembelajaran aktif: peserta didk diaktifkan untuk mengkonstruksi pengetahuan dan memecahkan masalah.
2.      Multi konteks: pembelajaran dalam konteks yang ganda akan memberikan peserta didik pengalaman yang dapat digunakan untuk mempelajari dan mengidentifikasi ataupun memecahkan masalah dalam konteks yang baru (terjadi transfer).
3.      Kerja sama dan diskursus: peserta didik belajar dari orang lain melalui kerja sama, diskursus (penjelasan-penjelasan) tim kerja dan mandiri (self reflection).
4.      Berhubungan dengan dunia nyata: pembelajaran yang menghubungkan dengan isu-isu kehidupan nyata melalui kegiatan pengalaman di luar kelas dan simulasi.
5.      Pengetahuan prasyarat: pengalaman awal peserta didik dan situasi pengetahuan yang didapat mereka akan berarti atau bernilai  dan nampak sebagai dasar dalam pembelajaran.
6.      Pemecahan masalah: berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam memecahkan masalah nyata harus ditekankan pada kebermaknaan memorasi dan pengulangan-pengulangan.
7.      Mengarahkan sendiri (self-direction): peserta didik ditantang dan dimungkinkan untuk membuat pilihan-pilihan, mengembangkan alternatif-alternatif, dan diarahkan sendiri

Berdasarkan uraian-uraian di atas, pendekatan kontekstual mempunyai ciri-ciri kelas sebagai berikut: 1) pengalaman nyata, 2) kerja sama, 3) saling menunjang, 4) gembira, 5) belajar dengan bergairah, 6) pembelajaran terintegrasi, 7) menggunakan berbagai sumber, 8) siswa aktif dan kritis, 9) menyenangkan, tidak membosankan, 10) sharing dengan teman, dan 11) guru kreatif 
Kelebihan pendekatan kontekstual menurut pendapat Umaidi (dalam Abduh, 2007: 5) sebagai berikut :





Tabel 1.
Pendekatan kontekstual
Pendekatan konvensional
·     Menyandarkan pada memori spasial
·     Menyandarkan kepada hafalan
·     Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan individu siswa
·     Pemilihan informasi ditentukan oleh guru
·     Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin)
·     Cenderung berfokus pada satu bidang
·     Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
·     Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan
·     Menerapkan penilaian autentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah
·     Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulangan
Umaidi (dalam Abduh, 2007: 5)
4.      Penerapan Pendekatan kontekstual dan Pemahaman siswa pada mata pelajaran Matematika SD
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pendekatan  kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah
a.       konstruktivisme
b.      bertanya,
c.       menemukan,
d.      masyarakat belajar, 
e.       pemodelan,
f.       penilaian sebenarnya.
Dalam kelas dikatakan menggunakan pendekekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Untuk melaksanakan pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja termasuk matematika dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.


H.    METODOLOGI PENELITIAN
1.      Metode Penelitian Tindakan Kelas
Dalam KamusBesar Bahasa Indonesia (2001:740), metode didefinisikan  sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan dengan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang mengacu kepada pelaksanaan kegiatan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sebagai upaya untuk perbaikan atau peningkatan mutu pendidikan. Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan, dan penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada umumnya.
Kunandar (2008: 42) menyatakan:
Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah dan atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori dan atau proses gejala sosial.

Penelitian kelas merupakan salah satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis, sebab penelitian ini menyangkut kegiatan yang dipraktekan guru sehari-hari khususnya guru sekolah dasar.
Model PTK yang dipilih adalah  model Kemmis dan McTaggart. Dalam model ini satu kali pembelajaran identik dengan satu siklus tindakan, yang terdiri dari: perencanaan, tindakan, observasi dan  refleksi (Wardani 2001 : 2.1).
Alasan model ini dipilih karena karena lebih mudah dipahami penulis serta telah banyak dilakukan dalam pelaksanaan PTK. Selain itu model Kemmis dan Taggart sangat dekat dengan aktivitas pembelajaran yang biasa dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Dalam melaksanakan aktifitas pembelajaran guru mengawali dengan penyusunan rencana pembelajaran sebagai tahap perencanaan, melaksanakan rencana pembelajaran tersebut dalam kegiatan pembelajaran sebagai tahap tindakan dan melakukan evaluasi untuk mengukur sejauh mana keberhasilan rencana dan kegiatan pembelajaran sebagai pelaksanaan pada tahap refleksi.
Model PTK Kemmis dan McTaggart dengan menggunakan dua siklus seperti  di bawah ini:
 






























 

 



Siklus Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & McTaggart

(Diadopsi dari Hermawan dkk, 2010: 143)
Berdasarkan alur pelaksanaan tindakan kelas tersebut maka langkah penelitian ini diawali dari mengidentifikasi masalah di lapangan, kemudian melaksanakan tindakan pemecahan masalah berupa siklus. Jumlah siklus yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 siklus. Setiap siklus dimulai dengan rencana, tindakan, observasi,dan refleksi
2.      Setting Penelitian
a.      Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 1 Jln. Tarumanagara No.16 Kel. Tawangsari Kec. Tawang Kota Tasikmalaya.
b.      Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Pengadilan 1. Banyaknya subjek penelitian ini adalah 44 orang siswa, yang terdiri atas 24 orang siswa perempuan, dan 24 orang siswa laki-laki.
Alasan penelitian memilih kelas V SDN Pengadilan 1 didasarkan pada pertimbangan berikut ini adalaha 1) Mengingat kelas V SDN Pengadilan 1 adalah tempat bertugas peneliti oleh sebab itu akan memudahkan peneliti dalam mencari data dan informasi yang diperlukan; 2) Dengan meneliti di kelas V SDN Pengadilan 1, selama proses penelitian, maka peneliti akan lebih mudah setiap saat memantau, merevisi dan mencari data yang diperlukan, sebab lokasi peneliti dekat dengan tempat penelitian. 3) Berdasarkan pengamatan ternyata hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika masih dianggap kurang.
c.       Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi sebagaimana dirumuskan pada uraian diatas terdiri dari :
1)      Variabel input
a)      Penguasaan konsep awal siswa mengenai materi materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat sederhana sebelum tindakan pembelajaran
b)      Penguasaan rancangan awal guru dalam menggunakan pendekatan kontekstual mengenai materi  materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat sebelum tindakan pembelajaran
2)      Variabel Proses
Variabel proses dalam penelitian ini adalah tindakan guru mengelola pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. termasuk tindakan-tindakan khusus yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam  pembeajaran.
3)      Variabel Output
Variabel output (hasil tindakan) penelitian ini adalah :
a)      Peningkatan penguasaan guru  dalam pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses
b)      Peningkatan pemahaman siswa dalam memahami sifat-sifat perhitungan bilangan bulat
d.      Fokus Tindakan
Fokus tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan kinerja guru serta aktivitas dan penguasaan konsep siswa. Secara umum fokus tersebut adalah kemampuan guru dalam merancang dan mengelola pembelajaran Matematika, melalui pendekatan kontekstual untuk meningkatkan pemahaman siswa  pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat.
e.       Prosedur Penelitian
1)     Orientasi dan Identifikasi Masalah
a)      Orientasi terhadap hasil belajar pada mata pelajaran matematika.
b)      Mengidentifikasi masalah dihadapi selama
2)     Perencanaan Tindakan Penelitian
a)      Peneliti menetapkan mitra kerja atau observer dan berdiskusi.
b)      Mengkaji materi pokok tentang sifat-sifat perhitungan bilangan dilanjutkan dengan membuat instrumen untuk Keperluan PTK, meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi untuk mengamati kinerja guru, dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Soal post test untuk mengungkap kemampuan akhir siswa.
c)      Alternatif pemahaman masalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dengan pendekatan kontekstual dan dijadikan fokus tindakan untuk setiap siklus tindakan pembelajaran.


3)     Pelaksanaan Tindakan Penelitian
Melakukan persiapan dan persyaratan pelaksanaan,  maka dilakukan tes awal untuk mengungkap kemampuan siswa sebelum pembelajaran dimulai, Peneliti menganalisis hasil tes awal, Melaksanakan rancangan pembelajaran sesuai dengan siklus dan fokus tindakan yang telah ditetapkan
4)     Observasi pembelajaran pada setiap siklus untuk mengoptimalkan kualitas implementasi pendekatan pemecahan masalah dalam meningkatkan pemahaman siswa.
f.       Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Teknik pengolahan data melalui teknik analisis deskriptif kuantitatif, analisis data hasil penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat. Adapun tahap-tahap pengolahan data meliputi :
1)      Teknik Pengumpulan Data
a)      Teknik studi dokumentasi
      Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan kemampuan siswa dalam memahmi materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat
b)      Teknik observasi
      Digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
c)       Teknik tes
      Teknik ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum tindakan pembelajaran dilaksanakan serta sesudah tindakan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah Model Polya.


2)      Kriteria Keberhasilan
Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian kelas yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan  siswa dalam mengerjakan soal cerita siswa dengan menggunakan pendekatan kontektual sebagai berikut:
a)      Guru mampu menunjukkan kinerja baik, dalam menyusun RPP sekurang-kurangnya 75%.
b)      Dalam proses pembelajaran guru mampu menunjukkan kinerja baik, sekurang-kurangnya 75% dari sejumlah indikator dapat terkuasai.
c)      Siswa mampu menunjukkan peningkatan aktivitas pembelajaran apabila sekurang-kurangnya 75% berperan aktif dalam pembelajaran



DAFTAR PUSTAKA

Abimayu, Soli dan Samad Sulaiman. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan UNM

Abduh, Amir. 2007. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual: Sebuah Strategi Belajar Dalam Pembelajaran Inovatif.  Makalah.  Disajikan pada loka karya Peningkatan kualitas penyelenggaraan PPL Mahasiswa S1 PGSD Yang dilaksanakan Oleh Pengelola Seminar Ilmiah Fakultas Ilmu Pendidikan UNM, Makassar, 10 – 12 November 2007.

Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan pembelajarn matematika SD. Jakarta: Direktorat Jendral pendidikan tinggi departemen pendidikan nasional.

Akhsin, Nur. 2004. Matematika kelas IV SD. Jakarta: Penerbit Cempaka putih.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arsat. 2007. Meningkatkan pemahaman konsep luas bangun datar melalui representasi enaktif, ikonik, dan simbolikpada siswa kelas V SDN 8 Baruga. Skripsi.  Kendari: fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Haluoleo.

Cahya, Antonius 2006. Pemahaman dan penyajian konsep matematika secara benar dan menarik. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jendral pendidikan tinggi direktorat ketenagaan.

Dahar. 1998. Teori-teori belajar. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral pendidikan tinggi proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan.

Darhim. 1992/1993. Work shop matematika modul 1-6. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral pendidikan dasar dan menengah bagian proyek penataran guru SLTP setara D-III.

Hamzah. 2000. Pembelajaran Matematika I. Jakarta: Bumi Aksara.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). 2006. Mata pelajaran matematika untuk tingkat SD/MI. Jakarta : Depdiknas.

Latri. 2004. Pembelajaran bangun ruang secara konstruktivis dengan menggunakan alat peraga di kelas IV SDN 10 Watampone. Tesis. Malang: Universitas Negri Malang program pasca sarjana program studi pendidikan matematika SD.

Miles, M. B dan Huberman. Tanpa tahun. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohudi Rihidi. 1992. Jakarta: UI Press.

Moleong, L. J. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remajarosdakarya.

Muhsetyo, Gatot. 2005. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional

Musliana. 2007. Pengaruh penggunaan model pembelajaran konstrutivis terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas IV SDN 11 Abeli. Skripsi. Kendari: Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Haluoleo.

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kotekstual dan Penerapannya dalam KBK.Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurkancana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Pelita, Laode. 2002. Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Pengajaran Bangun Ruang Dengan Menggunakan Alat Peraga. Skripsi. Kendari: FKIP Universitas Haluoleo.

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jendral pendidikan tinggi direktorat ketenagaan.


Proyek, PGSM. 1997. PTK (Cl assroom Action Research). Jakarta: Depdikbud.

Pudjohartono.2003. Teori-teori Perkembangan Kognitif dan Proses Pembelajaran yang Relevan untuk Pembelajaran Matematika. Jakarta:  Dirjen Diknasmen Depdiknas.
.
Ruseffendi, dkk. 1992. Pendidikan matematika 3 modul 1-9. Jakarta: Depdikbud proyek pembinaan tenaga kependidikan tinggi.

Suherman, Erman, dkk. 2006. Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung: JICA Jurusan Pendidikan matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Tim, bina, karya, guru. 2006. Terampil berhitung matematika untuk SD kelas IV. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wardani,I.G.K. 2005. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT Bumi


No comments:

Post a Comment