A. LATAR BELAKANG
Kualitas kehidupan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi pendidikan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nurhadi (2003: 1) bahwa peran pendidikan sangat diperlukan untuk
menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka dan demokratis upaya mencapai tujuan
tersbut hendakanya pelaksanaan pendidikan dimulai dari sejak dini baik
dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Adapun penekanan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah dilingkungan sekolah, yaitu sekolah dasar. Sesuai
dengan kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang memuat berbagai mata
pelajaran termasuk mata pelajaran matematika.
Sekolah dipandang sebagai tempat yang paling tepat untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang menguasai, mengembangkan serta menggunakan matematika
di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika merupakan sangat dikatakan
sangat penting karena pembelajaran matematika dapat dijadikan tolak ukur
keberhasilan pembelajaran lainnya dan saling ketergantungan antara konsep yang
satu dengan lainnya. Oleh Karena pelajaran matematika menuntut para guru untuk
mampu menyampaikan konsep yang dimaksud kepada siswa.
Sri Subariah (2006:1) Mengatakan bahwa “Belajar matematika pada
hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep ean mencari hubungan antar
konsep ean strukturnya”. Dari keterangan
tersebut secara sederhana dapat diartikan bahwa konsep pertama pada
pembelajaran matematika, sangat menentukan bagi pemahaman konsep selanjutnya.
Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari
ilmu-ilmu yang lain (Antonius, 2006: 1), sehingga jatuh bangunnya suatu bangsa
tergantung kemajuan yang dicapai bangsa di bidang matematika. Dari hubungan ini
menyebabkan mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran inti disetiap
jenjang sekolah. Sekolah dipandang sebagai tempat yang sangat strategis untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang menguasai matematika agar mampu menguasai, menggunakan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Menurut pendapat Pitajeng (2006: 1), menyatakan bahwa “banyak orang yang
tidak menyukai matematika, termasuk anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah
dasar dan madrasah ibtidaiyah. Hal ini karena masih banyak yang beranggapan
bahwa matematika sulit dipelajari, membosankan, tidak menyenangkan, dan
menakutkan dari sikap tersebut sehingga berdampak pada prestasi belajar
matematika mereka menjadi rendah sehingga prestasi belajar matematika mereka
semakin merosot. Melihat dari beberapa
anggapan dan hasil belajar siswa yang masih di bawah standar Kompetensi yang
ditentukan, maka diperlukan perhatian khusus dari para guru serta calon guru
untuk melakukan suatu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar matematika
peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas V SDN
Pengadilan 1, dengan Standar
Kompetensi Melakukan
Operasi Hitung Bilangan Bulat dan Kompetensi Dasar Melakukan operasi hitung
bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya pembulatan dan penaksiran.
Dalam pelaksanaan Guru belum
melakukan suatu bentuk atau model pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang
melibatkan siswa secara aktif dan kreatif. Sehingga hal ini berdampak pada
siswa jarang mendapatkan kesempatan berperan dalam mengeluarkan pendapat dalam proses pelaksanaan pembelajaran didalam
kelas termasik dalam menyelesaiaka soal-soal yang diberikan guru. Hal tersebut
menunjukan permasalahan kontekstual yang seharusnya menjadi pengantar
pembelajaran untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika.. Sehingga
berdampak guru mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran
matematika yang diajarkan. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya nilai mata
pelajaran matematika siswa dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Upaya mengatasi permasalahan tersebut penulis beranggapan, bahwa dalam
pembelajaran matematika diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dianggap
paling tepat dan pelaksanaanya lebih nyata. Salah satunya adalah pendekatan
pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual untuk mengajarkan matematika
tentang operasi hitung bilangan bulat Melalui pendekatan ini, dalam mengajar
guru terlebih dahulu menggunakan alat peraga yang berupa benda-benda konkret.
Nurhadi (2003: 13) mengemukakan pernyataan ringkas tentang pendekatan
kontekstual adalah:
konsep
belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit-demi sedikit, dan dari proses
mengkonstruksi sendiri, berbagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukan bahwa pendekatan kontekstual
konsep pembelajarannya adalah guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupannya. Dengan pendekatan kontekstual, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil belajar.
Upaya mengatasi permasalahan dan alasan-alasan tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian demgan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
dengan judul: “Meningkatkan Pemahaman siswa pada materi Sifat-Sifat perhitungan
Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Kontekstual di kelas V SDN Pengadilan 1”
B. PERUMUSAN MASALAH
1.
Identifikasi dan Analisis Masalah
Upaya
mencapai sasaran yang dikehendaki sebagaimana latar belakang yang telah
dipaparkan maka penulis menyampaikan
identifikasi dan
analisis masalah sebagai berikut:
a. Dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar guru belum melakukan suatu bentuk
pendekatan atau model pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan
siswa secara aktif dan kreatif.
b. Dalam
pelaksanaan proses pembelajaran siswa belum terlibat secara aktif, sehingga
siswa belum termotivasi, enggan, bahkan tampak bosan.
c. Rendahnya
pemahaman siswa sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
2.
Rumusan Masalah
Dari
pemaparan identifikasi dan
analisis masalah di atas, maka penulis
menyampaikan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran upaya meningkatkan
pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui
pendekatan kontekstual?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi
sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual?
c. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa
pada materi Sifat-Sifat perhitungan Bilangan Bulat Melalui Pendekatan
Kontekstual?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan idenfikasi masalah
dan Analisis masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari
penelitian adalah :
1. Meningkatkan kemampuan guru
dalam menyusun perencanaan
pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan
bulat melalui pendekatan kontekstual.
2. Meningkatkan pelaksanaan pelaksanaan proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi
sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual.
3. Meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan
bulat melalui pendekatan kontekstual.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagi siswa
a.
Menambah pemahaman siswa mengenai materi sifat-sifat
perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual
b.
Menambah wawasan siswa tentang mengenai materi
sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui pendekatan kontekstual
c.
Menumbuhkan partisipasi secara aktif siswa dalam
pembelajaran mengenai materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat melalui
pendekatan kontekstual
2.
Bagi guru
a.
Memberikan motivasi untuk mencari pendekatan alternatif model pembelajaran
b. Dapat dijadikan alternatif model pembelajaran matematika
c. Dapat memperbaiki proses pembelajaran.
3.
Bagi lembaga atau sekolah.
a.
Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sesuai dengan
diharapkan dapat menigkatkan kualitas siswa, guru dan lembaga secara optimal.
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang
bersangkutan.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Upaya mengurangi kesalahan maka definisi operasional terhadap
istilah-istilah sebagai berikut :
a.
Pendekatan kontesktual merupakan konsep belajar dimana
guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari
b.
Sifat-sifat pengerjaan hitung pada bilangan bulat yang
akan dipelajari sifat komutatif, asosiatif, dan distributif.
c.
Peningkatan pemahaman siswa adalah suatu hasil
perbandingan terhadap nilai prestasi siswa antara sebelum dengan sesudah siswa
memperoleh pengalaman belajar dengan menggunakan metode tertentu pada
penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kontekstual, apabila siswa
mengalami peningkatan hasil belajar, maka hal tersebut diyakini sebagai adanya
peningkatan pemahaman siswa.
F. HIPOTESIS
Hipotesis tindakan kelas yang
di ambil oleh peneliti adalah: “Jika perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kontekstual, maka penguasaan siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat dalam pembelajaran Matematika di
kelas V SDN Pengadilan 1
meningkat”.
G. LANDASAN TEORI
1.
Pembelajaran
Matematika
Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam proses pembelajaran matematika sudah tentu peranan guru dalam
proses pelaksanaanya. Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam
kegiatan belajar-mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (1988: 73)
yang mengemukakan bahwa:
mengajar adalah
suatu kegiatan dimana mengajar menyampaikan pengetahuan, pengalaman yang
dimiliki kepada peserta didik”. Proses belajar-mengajar merupakan kunci
keberhasilan dalam kegiatan belajar-mengajar. Dimana pelaksanaan proses
belajar-mengajar yang baik akan memberikan hasil belajar yang baik pula. Dan
sebaliknya pelaksanaan proses belajar-mengajar yang kurang baik maka hasil yang
dicapai dalam pembelajaran juga kurang baik.
Dari pendapat ahli tersebut diatas maka pada hakekatnya proses
belajar-mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa, Dimana
siswa bertindak sebagai komunikan pada proses belajar-mengajar dan
komunikatornya adalah guru dan siswa.
2.
Sifat-Sifat
Pengerjaan Hitung padaBilangan Bulat
Sifat-sifat pengerjaan hitung pada bilangan bulat yang akan dipelajari
sifat komutatif, asosiatif, dan distributif. Mungkin kamu pernah menggunakan
sifat-sifat tersebut, tetapi belum tahu nama sifat-sifatnya.
a. Sifat Komutatif (Pertukaran)
Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Sifat
ini hanya berlaku pada operasi penjumlahan dan perkalian.
1)
Sifat komutatif pada Penjumlahan
Bentuk
umum dari sifat komutatif pada penjumlahan yaitu a + b = b + a. Untuk
memperjalasnya perhatikan contoh berikut ini :
2)
Sifat komutatif pada Perkalian
Bentuk umum dari
sifat komutatif pada perkalian yaitu a x b = b x a. Untuk memperjalasnya
perhatikan contoh berikut ini :
5
× 7 = 35
6
7 × 5 = 35
7
Jadi, 5 × 7 = 7 × 5
b.
Sifat Asosiatif
Sifat Asosiatif
disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini juga hanya berlaku pada operasi
penjumlahan dan perkalian.
Bentuk umum dari sifat Asosiatif pada operasi penjumlahan (a
+ b ) + c = a + ( b + c ) dan operasi perkalian ( a x b ) x c = a x (
b x c ) .
Untuk memperjalasnya perhatikan contoh berikut ini :
1) Sifat Asosiatif pada
Penjumlahan
Bentuk umum dari sifat asosiatif pada
operasi penjumlahan (a + b ) + c = a + ( b + c ) . Untuk
memperjalasnya perhatikan contoh berikut ini :
2) Pada Perkalian
Bentuk umum dari sifat asosiatif pada
operasi perkalian ( a x b ) x c = a x ( b x c ) .Untuk memperjalasnya
perhatikan contoh berikut ini :
(5 × 3) × 4 = 15 × 4 = 60
5 × (3 × 4) = 5 × 12 = 60
Jadi, (5 × 3) × 4 = 5 × (3 × 4)
c.
sifat distributif disebut juga sifat penyebaran.
Sifat
distributif ada 2 yaitu :
1)
Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dengan
bentuk umum
a x ( b + c ) = ( a x b ) + ( a x
c ).
Untuk memperjalasnya perhatikan
contoh berikut ini :
6 × ( 4 + 5 ) = 6 × 9 = 54
( 6 × 4 ) + ( 6 × 5 ) = 24 + 30 = 54
Jadi, 6 × ( 4 + 5 ) = ( 6 × 4 ) + ( 6
× 5 )
2)
Sifat distributif perkalian terhadap pengurangan dengan bentuk umum
a x ( b – c ) = ( a x b ) – ( a x
c )
Untuk memperjalasnya perhatikan contoh
berikut ini :
8 × ( 9 − 6 ) = 7 × 3 = 21
( 7 × 9 ) − ( 7 × 6 ) = 63 − 42 = 21
7 × ( 9 − 6 ) = ( 7 × 9 ) − ( 7 × 6 )
3.
Pendekatan Kontekstual
Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika
diharapkan, siswa akan belajar akan ikut terlibat secara aktif dan berjalan
dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah
mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif
dalam proses belajar di sekolah (Nurhadi, 2003: 8).
Nurhadi (2003: 13) mengemukakan pernyataan ringkas tentang pendekatan
kontekstual adalah:
Konsep belajar
dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit-demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi
sendiri, berbagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat.
Dari pendapat teersebut pendekatan kontekstual mengasumsikan dalam proses
pelaksanaanya dapat membantu siswa
menemukan makna dalam pendidikan dengan cara membuat hubungan antara apa yang
mereka peroleh di dunia nyata dengan yang mereka pelajari di sekolah untuk
kemudian menerapkan pengetahuan tersebut di dunia nyata. Inti pendekatan
kontekstual adalah “melibatkan situasi dunia nyata sebagai sumber maupun
terapan materi pelajaran” (Aisyah,2006: 10).
Adapun pendekatan kontekstual menurut pendapat (Aisyah, 2006: 11),
terdapat beberapa ciri, yaitu :
1.
Pembelajaran aktif: peserta didk diaktifkan untuk
mengkonstruksi pengetahuan dan memecahkan masalah.
2.
Multi konteks: pembelajaran dalam konteks yang ganda
akan memberikan peserta didik pengalaman yang dapat digunakan untuk mempelajari
dan mengidentifikasi ataupun memecahkan masalah dalam konteks yang baru
(terjadi transfer).
3.
Kerja sama dan diskursus: peserta didik belajar dari
orang lain melalui kerja sama, diskursus (penjelasan-penjelasan) tim kerja dan
mandiri (self reflection).
4.
Berhubungan dengan dunia nyata: pembelajaran yang
menghubungkan dengan isu-isu kehidupan nyata melalui kegiatan pengalaman di
luar kelas dan simulasi.
5.
Pengetahuan prasyarat: pengalaman awal peserta didik
dan situasi pengetahuan yang didapat mereka akan berarti atau bernilai dan nampak sebagai dasar dalam pembelajaran.
6.
Pemecahan masalah: berpikir tingkat tinggi yang
diperlukan dalam memecahkan masalah nyata harus ditekankan pada kebermaknaan
memorasi dan pengulangan-pengulangan.
7.
Mengarahkan sendiri (self-direction): peserta didik ditantang dan dimungkinkan untuk
membuat pilihan-pilihan, mengembangkan alternatif-alternatif, dan diarahkan
sendiri
Berdasarkan uraian-uraian di atas, pendekatan kontekstual mempunyai
ciri-ciri kelas sebagai berikut: 1) pengalaman nyata, 2) kerja sama, 3) saling
menunjang, 4) gembira, 5) belajar dengan bergairah, 6) pembelajaran
terintegrasi, 7) menggunakan berbagai sumber, 8) siswa aktif dan kritis, 9)
menyenangkan, tidak membosankan, 10) sharing
dengan teman, dan 11) guru kreatif
Kelebihan pendekatan kontekstual menurut pendapat Umaidi (dalam Abduh,
2007: 5) sebagai berikut :
Tabel 1.
Pendekatan kontekstual
|
Pendekatan konvensional
|
·
Menyandarkan pada memori spasial
|
·
Menyandarkan kepada hafalan
|
·
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan
individu siswa
|
·
Pemilihan informasi ditentukan oleh guru
|
·
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang
(disiplin)
|
·
Cenderung berfokus pada satu bidang
|
·
Selalu mengkaitkan informasi dengan
pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
|
·
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa
sampai pada saatnya diperlukan
|
·
Menerapkan penilaian autentik melalui
penerapan praktis dalam pemecahan masalah
|
·
Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan
akademik berupa ujian/ulangan
|
Umaidi (dalam Abduh, 2007: 5)
4.
Penerapan
Pendekatan kontekstual dan Pemahaman siswa pada mata pelajaran Matematika SD
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari
penerapan pendekatan kontekstual di
kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah
a.
konstruktivisme
b.
bertanya,
c.
menemukan,
d.
masyarakat belajar,
e.
pemodelan,
f.
penilaian sebenarnya.
Dalam kelas dikatakan menggunakan pendekekatan
kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.
Untuk melaksanakan pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa
saja, bidang studi apa saja termasuk matematika dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya.
H. METODOLOGI PENELITIAN
1.
Metode
Penelitian Tindakan Kelas
Dalam KamusBesar Bahasa Indonesia (2001:740), metode didefinisikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan dengan
model Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang mengacu kepada pelaksanaan kegiatan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sebagai upaya untuk perbaikan atau
peningkatan mutu pendidikan. Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari
penelitian tindakan, dan penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada
umumnya.
Kunandar (2008: 42) menyatakan:
Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut
metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah dan atau
teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga
dapat dirumuskan teori dan atau proses gejala sosial.
Penelitian kelas merupakan
salah satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis, sebab penelitian
ini menyangkut kegiatan yang dipraktekan guru sehari-hari khususnya guru sekolah dasar.
Model PTK yang dipilih
adalah model Kemmis dan McTaggart. Dalam model ini satu kali
pembelajaran identik dengan satu siklus tindakan, yang terdiri dari:
perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi (Wardani 2001 : 2.1).
Alasan model ini dipilih karena karena lebih mudah dipahami penulis serta telah banyak dilakukan dalam
pelaksanaan PTK. Selain itu model Kemmis
dan Taggart sangat dekat dengan
aktivitas pembelajaran yang biasa dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan
tugas sebagai guru. Dalam melaksanakan aktifitas pembelajaran guru mengawali
dengan penyusunan rencana pembelajaran sebagai tahap perencanaan, melaksanakan rencana pembelajaran
tersebut dalam kegiatan pembelajaran sebagai tahap tindakan dan melakukan evaluasi untuk mengukur sejauh
mana keberhasilan rencana dan kegiatan pembelajaran sebagai pelaksanaan pada tahap refleksi.
Model PTK Kemmis dan McTaggart
dengan menggunakan dua siklus seperti di
bawah ini:
Siklus Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & McTaggart
(Diadopsi dari Hermawan dkk, 2010: 143)
Berdasarkan alur pelaksanaan tindakan kelas tersebut maka langkah
penelitian ini diawali dari mengidentifikasi masalah di lapangan, kemudian melaksanakan
tindakan pemecahan masalah berupa siklus. Jumlah siklus yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 2 siklus. Setiap siklus dimulai dengan rencana, tindakan, observasi,dan
refleksi
2.
Setting Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 1 Jln. Tarumanagara
No.16 Kel. Tawangsari Kec. Tawang Kota Tasikmalaya.
b. Subjek Penelitian
Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Pengadilan 1.
Banyaknya subjek penelitian ini adalah 44 orang siswa, yang terdiri atas 24 orang siswa perempuan, dan 24 orang siswa laki-laki.
Alasan
penelitian memilih kelas V
SDN Pengadilan 1 didasarkan
pada pertimbangan berikut ini adalaha 1) Mengingat kelas V SDN
Pengadilan 1 adalah tempat
bertugas peneliti oleh sebab itu akan memudahkan peneliti dalam mencari data
dan informasi yang diperlukan; 2) Dengan meneliti di kelas V SDN Pengadilan 1, selama proses
penelitian, maka peneliti akan lebih mudah setiap saat memantau, merevisi dan
mencari data yang diperlukan, sebab lokasi peneliti dekat dengan tempat
penelitian. 3) Berdasarkan pengamatan ternyata hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika masih dianggap kurang.
c. Variabel Penelitian
Variabel
penelitian yang dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi
sebagaimana dirumuskan pada uraian diatas terdiri dari :
1)
Variabel input
a) Penguasaan
konsep awal siswa mengenai materi materi
sifat-sifat perhitungan bilangan bulat sederhana sebelum tindakan
pembelajaran
b) Penguasaan
rancangan awal guru dalam menggunakan pendekatan kontekstual mengenai materi materi
sifat-sifat perhitungan bilangan bulat sebelum tindakan pembelajaran
2)
Variabel Proses
Variabel
proses dalam penelitian ini adalah tindakan guru mengelola pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual. termasuk tindakan-tindakan khusus yang
dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pembeajaran.
3)
Variabel Output
Variabel
output (hasil tindakan) penelitian ini adalah :
a) Peningkatan
penguasaan guru dalam pembelajaran
melalui pendekatan keterampilan proses
b) Peningkatan
pemahaman siswa dalam memahami sifat-sifat
perhitungan bilangan bulat
d. Fokus Tindakan
Fokus
tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan kinerja guru
serta aktivitas dan penguasaan konsep siswa. Secara umum fokus tersebut adalah
kemampuan guru dalam merancang dan mengelola pembelajaran Matematika, melalui
pendekatan kontekstual untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan
bulat.
e. Prosedur Penelitian
1)
Orientasi dan Identifikasi Masalah
a) Orientasi
terhadap hasil belajar pada mata pelajaran matematika.
b) Mengidentifikasi
masalah dihadapi selama
2)
Perencanaan Tindakan Penelitian
a) Peneliti
menetapkan mitra kerja atau observer dan berdiskusi.
b) Mengkaji
materi pokok tentang sifat-sifat perhitungan bilangan dilanjutkan dengan
membuat instrumen untuk Keperluan PTK, meliputi: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar observasi untuk mengamati kinerja guru, dan lembar
observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Soal post test untuk mengungkap kemampuan
akhir siswa.
c) Alternatif
pemahaman masalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika dengan pendekatan kontekstual dan dijadikan fokus tindakan untuk
setiap siklus tindakan pembelajaran.
3)
Pelaksanaan Tindakan Penelitian
Melakukan persiapan dan persyaratan pelaksanaan, maka dilakukan tes awal untuk mengungkap
kemampuan siswa sebelum pembelajaran dimulai, Peneliti menganalisis hasil tes
awal, Melaksanakan rancangan pembelajaran sesuai dengan siklus dan fokus
tindakan yang telah ditetapkan
4)
Observasi pembelajaran pada setiap siklus untuk
mengoptimalkan kualitas implementasi pendekatan pemecahan masalah dalam
meningkatkan pemahaman siswa.
f. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis
Data
Teknik pengolahan data melalui teknik analisis
deskriptif kuantitatif, analisis data hasil penelitian dilakukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran matematika dalam upaya
meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat perhitungan bilangan bulat.
Adapun tahap-tahap pengolahan data meliputi :
1)
Teknik Pengumpulan Data
a)
Teknik
studi dokumentasi
Digunakan untuk mengumpulkan
data tentang kemampuan guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
berorientasi pada peningkatan kemampuan siswa dalam memahmi materi
sifat-sifat perhitungan bilangan bulat
b) Teknik observasi
Digunakan untuk mengumpulkan
data tentang aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
c) Teknik tes
Teknik ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa sebelum tindakan pembelajaran dilaksanakan serta
sesudah tindakan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah Model Polya.
2)
Kriteria Keberhasilan
Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian kelas
yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal cerita siswa dengan
menggunakan pendekatan kontektual sebagai berikut:
a)
Guru mampu menunjukkan kinerja baik, dalam menyusun RPP
sekurang-kurangnya 75%.
b)
Dalam proses pembelajaran guru mampu menunjukkan
kinerja baik, sekurang-kurangnya 75% dari sejumlah indikator dapat terkuasai.
c)
Siswa mampu menunjukkan peningkatan aktivitas
pembelajaran apabila sekurang-kurangnya 75% berperan aktif dalam pembelajaran
DAFTAR
PUSTAKA
Abimayu, Soli dan Samad
Sulaiman. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan UNM
Abduh, Amir. 2007.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual: Sebuah Strategi Belajar Dalam Pembelajaran
Inovatif. Makalah. Disajikan pada loka
karya Peningkatan kualitas penyelenggaraan PPL Mahasiswa S1 PGSD Yang
dilaksanakan Oleh Pengelola Seminar Ilmiah Fakultas Ilmu Pendidikan UNM,
Makassar, 10 – 12 November 2007.
Aisyah, Nyimas, dkk. 2007.
Pengembangan pembelajarn matematika SD. Jakarta: Direktorat Jendral pendidikan
tinggi departemen pendidikan nasional.
Akhsin, Nur. 2004.
Matematika kelas IV SD. Jakarta: Penerbit Cempaka putih.
Arikunto, Suharsimi, dkk.
2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arsat. 2007. Meningkatkan
pemahaman konsep luas bangun datar melalui representasi enaktif, ikonik, dan
simbolikpada siswa kelas V SDN 8 Baruga. Skripsi. Kendari: fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan Universitas Haluoleo.
Cahya, Antonius
2006. Pemahaman dan penyajian konsep matematika secara benar dan menarik.
Jakarta: Depdiknas Direktorat Jendral pendidikan tinggi direktorat ketenagaan.
Dahar. 1998. Teori-teori
belajar. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral pendidikan tinggi proyek
pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan.
Darhim. 1992/1993. Work
shop matematika modul 1-6. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral pendidikan
dasar dan menengah bagian proyek penataran guru SLTP setara D-III.
Hamzah. 2000. Pembelajaran
Matematika I. Jakarta: Bumi Aksara.
Kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). 2006. Mata pelajaran matematika untuk tingkat SD/MI. Jakarta
: Depdiknas.
Latri. 2004. Pembelajaran
bangun ruang secara konstruktivis dengan menggunakan alat peraga di kelas IV
SDN 10 Watampone. Tesis. Malang: Universitas Negri Malang program pasca sarjana
program studi pendidikan matematika SD.
Miles, M. B dan Huberman.
Tanpa tahun. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohudi Rihidi.
1992. Jakarta: UI Press.
Moleong, L. J. 1994.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remajarosdakarya.
Muhsetyo, Gatot. 2005.
Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan
Nasional
Musliana. 2007. Pengaruh
penggunaan model pembelajaran konstrutivis terhadap prestasi belajar matematika
siswa kelas IV SDN 11 Abeli. Skripsi. Kendari: Fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan Universitas Haluoleo.
Nurhadi. 2003.
Pembelajaran Kotekstual dan Penerapannya dalam KBK.Malang: Universitas Negeri
Malang.
Nurkancana. 1986. Evaluasi
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Pelita, Laode. 2002.
Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Pengajaran Bangun Ruang Dengan Menggunakan
Alat Peraga. Skripsi. Kendari: FKIP Universitas Haluoleo.
Pitajeng. 2006.
Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas Direktorat
Jendral pendidikan tinggi direktorat ketenagaan.
Proyek, PGSM. 1997. PTK (Cl
assroom Action Research). Jakarta: Depdikbud.
Pudjohartono.2003.
Teori-teori Perkembangan Kognitif dan Proses Pembelajaran yang Relevan untuk
Pembelajaran Matematika. Jakarta: Dirjen
Diknasmen Depdiknas.
.
Ruseffendi, dkk. 1992.
Pendidikan matematika 3 modul 1-9. Jakarta: Depdikbud proyek pembinaan tenaga
kependidikan tinggi.
Suherman, Erman, dkk. 2006.
Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung: JICA Jurusan Pendidikan
matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim, bina, karya, guru.
2006. Terampil berhitung matematika untuk SD kelas IV. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Wardani,I.G.K. 2005.
Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT Bumi
No comments:
Post a Comment