1.
Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran
berasal dari kata belajar. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu berkat pengalaman
dan latihan. Menurut Garret (Ramadani, 2009:16) ‘Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung dalam jangka
waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan
secara mereaksi terhadap suatu suatu perangsang tertentu’.
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru
yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Istilah pembelajaran
mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar
siswa. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis,
memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar siswa.
Secara etimologis, matematika berasal dari
bahasa Yunani, yaitu dari kata mathema yang berarti pengetahuan atau
ilmu (knowledge,
science). Kata itu berhubungan pula dengan kata lain yang hampir
sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar
(berpikir). Secara harfiah matematika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan proses berpikir (bernalar).
Menurut Suriasumantri (Ramadani, 2009:12)
‘Matematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika dan
statistika’. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ruseffendi (Ramadani, 2009:12) menyatakan bahwa ‘matematika
sebagai : ilmu deduktif, bahasa, seni, ratunya ilmu, ilmu tentang struktur yang
terorganisasikan dan ilmu tentang pola dan hubungan’. Matematika disebut ilmu
deduktif, karena dalam matematika tidak menerima generalisasi yang berdasarkan
pada observasi, eksperimen, coba-coba (induktif) seperti halnya ilmu yang lain.
Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.
Matematika sebagai bahasa, karena matematika merupakan simbol yang berlaku
secara universal (internasional) serta sangat padat makna dan
pengertian. Matematika sebagai seni, dalam matematika terlihat adanya
keteraturan, keruntutan dan konsisten, sehingga matematika indah dipandang dan
diresapi seperti hasil seni. Matematika adalah bahasa, ilmu deduktif, ilmu
tentang keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisir dengan baik
dan merupakan pelayan ilmu lainnya, sehingga matematika disebut sebagi ratumya
ilmu.
Lebih khusus dari beberapa pengertian matematika di atas,
menurut kurikulum 2006 (BSNP, 2006:36) menjelaskan bahwa :
Matematika
adalah mata pelajaran yang diberikan kepada semua siswa dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, kreatif, kritis serta kemampuan kerja sama agar dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Berdasarkan beberapa pengertian matematika yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh
melalui proses berpikir deduktif, yang memiliki peran ganda yakni sebagai ratu
dan pelayan ilmu lainnya serta bermanfaat untuk membantu kehidupan manusia dalam
kehidupan yang semakin kompetitif.
Mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari mulai Sekolah Dasar,
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari
permasalahan yang berhubungan dengan matematika. Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan membangun
daya pikir manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka proses pembelajaran matematika harus berfokus pada
pemecahan masalah matematika sehingga
membangun daya pikir peserta didik sejak di Sekolah Dasar.
Mata pelajaran matematika memiliki fungsi sebagai: alat, pola
pikir, dan ilmu pengetahuan. Ketiga
fungsi tersebut hendaknya menjadi acuan dalam
pembelajaran matematika sekolah. Kurikulum 2006 atau KTSP menggariskan
bahwa: “fungsi matematika secara umum adalah untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, serta bekerja sama”.
Adapun tujuan Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar menurut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP,
2006:30) adalah agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut :
(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien
dan tepat dalam memecahkan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
mengomunikasikan gagasan simbol, tabel diagram, atau media lain untuk menjelaskan
keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki sikap rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Berdasarkan tujuan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar matematika bukan sekedar menghafal suatu konsep
tetapi ditekankan pada penguasaan kemampuan pemecahan masalah.
Adapun cakupan ruang lingkup pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(Depdiknas, 2006:3) adalah meliputi aspek-aspek a) bilangan, b) geometri dan
pengukuran, c) pengelolaan data.
2. Karakteristik Siswa
Sekolah Dasar
Pada dasarnya tidak ada individu yang sama
persis, setiap individu memiliki keunikan sendiri. Keunikan tersebut di antaranya
dapat dilihat dari bentuk fisik, minat, bakat, kepribadian, keinginan, tanggung
jawab, kemampuan, pengalaman, kebiasaan, dan cara berpikir. Siswa Sekolah Dasar
merupakan individu dengan segala keunikan yang dimilikinya yang menyebabkan
adanya perbedaan karakteristik pada setiap siswa. Seorang guru hendaknya senantiasa memperhatikan dan
mempertimbangkan segala perbedaan karakteristik siswanya, karena hal tersebut
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.
Menurut Piaget (Ramadani, 2009:14) ada empat
tahap perkembangan berpikir anak yaitu :
(1) tahap sensorimotor (0-2 tahun) kegiatan
intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala yang diterima
secara langsung melalui indra; (2) tahap praoperasional (2-7 tahun) pada tahap
ini lambang-lambang bahasa yang dipergunakan untuk menyatakan benda-benda
nyata; (3) Tahap operasional konkrit (7-11 tahun) pada tahap ini kemampuan
berpikir muncul. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai
pemecahan masalah; (4) tahap operasional formal (11-15 tahun) pada tahap ini
pola berpikir orang dewasa muncul.
Berdasarkan teori tahap
perkembangan berpikir anak di atas, maka siswa kelas V SD
berada pada tahap operasional konkrit. Sehubungan dengan hal itu, maka
pembelajaran yang dilakukan di kelas V harus memfasilitasi siswa dalam
mengaktifkan daya kreatif dan kritisnya untuk menyelesaikan masalah. Potensi
tersebut perlu dikembangkan melalui kegiatan investigasi sehingga siswa
memperoleh stimuli yang baik.
B.
Pendekatan
Investigasi
Para ahli pembelajaran telah menyarankan
perubahan paradigma pembelajaran matematika dalam kegiatan belajar mengajar
di kelas untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Menurut Cockroft
(Turmudi, 2008:15), perubahan paradigma tersebut meliputi 3 dimensi, yaitu:
1.
Mathematics theme
Pandangan awal, bahan yang dipelajari
matematika itu: abstract, readymade,
strictly body of knowledge, unquestionable
Berubah menjadi : real world, aplicable, contextual, student strategy as starting point
2.
Method/approach
Pandangan awal, metode pembelajaran dalam matematika itu : textbook oriented, teacher centered, student
passive learning, paper and pencil, chalk and talk, one way communication
Berubah menjadi : student
centered, active participant, reinvention, Problem solving, inquiry,
investigative, explorative, two way communication
3.
Student themes
Pandangan awal, cara pandang terhadap siswa dalam
pembelajaran matematika itu : sorting an ordering (ranking) students for
job criteria and future study
Berubah menjadi : student
needs (interest, abilities, stayes of growth)
No comments:
Post a Comment