Monday 7 March 2016

Penerapan Teknik Mind Mapping dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Peta Melalui Mozaik dalam Pembelajaran IPS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Penelitian
Ilmu Pendidikan Sosial merupakan mata pelajaran yang menjadi alat dan media bagi siswa, karena pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pembelajaran yang dapat mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan  isu sosial dan kewarganegaraan. Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang untuk  mengembangkan pengetahuan,  sikap,  pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.  Pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan konsep terpadu dan pendekatan konstektual untuk meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan sikap, keterampilan sosial. Pendidikan tersebut diwujudkan melalui metode inkuiri, eksplorasi, pemecahan masalah.
Metode-metode tersebut dilaksanakan secara variasi di dalam atau di luar kelas dengan memperhatikan ketersediaan sumber belajar. Penggunaan berbagai media yang mempunyai potensi untuk menambah wawasan dan konteks belajar serta meningkatkan hasil belajar.
1
 
Proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar, pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, atau siswa dengan lingkungan, dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pasal 19 ayat 1 Permendiknas nomor 19 tahun 2005 menjelaskan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kretaivitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikis peserta didik

Proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penyedia pesan.  Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk belajar berfikir kritis, kreatif, dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu, dan pemecahan suatu masalah. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan dalam kelompok, seperti dikemukakan oleh Johnson dan Smith dalam Lie (2005: 56) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses pribadi tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lainnya, dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama”.
Belajar adalah proses/hasil perubahan pada aspek kapabilitas (pengetahuan,  sikap dan keterampilan, serta perilaku) sebagai akibat berinteraksi dengan lingkungannya.  Perubahan perilaku yang relatif permanen itu ditentukan oleh stimuli yang dipasok oleh lingkungan luar seseorang, perubahan tingkah laku seseorang dapat dikendalikan  melalui pengendalian stimuli lingkungan yang tepat sebagai hasil latihan (behavorist).
Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai perancang kegiatan pembelajaran, sebagai fasilitator dan mediator, yang mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif, mampu memilih dan menggunakan media pembelajaran, menggunakan metode dan pendekatan yang sesuai dengan materi, tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa, sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan aktivitas belajar serta memperoleh hasil belajar yang optimal.
Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang terdiri atas komponen- komponen yang bersifat sistemik. Artinya komponen-komponen dalam proses pembelajaran itu saling berkaitan secara fungsional dan secara bersama-sama menentukan optimalisasi proses dan hasil pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut menurut dijabarkan atas pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Sedangkan menurut Winkel (1999: 4), komponen pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, kondisi awal, prosedur didaktik, pengelompokan siswa, materi, media, dan penilaian.
Selanjutnya Winkel (1999 : 4), menegaskan bahwa tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai:
1.      Organisator
2.      Fasilitator
3.      Dinamisator, dan
4.      Evaluator.

Secara operasional, tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran meliputi seluruh penanganan komponen pembelajaran yang meliputi proses pembuatan rencana pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pengelolaan kelas, pembimbingan, dan penilaian, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan membuahkan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi terhadap materi yang diajarkan dan kompetensi dalam hal memberdayakan semua komponen pembelajaran, sehingga seluruh elemen pembelajaran dapat bersinergi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Semakin tinggi aktivitas siswa dalam pembelajaran semakin tinggi pula kemungkinan pencapaian hasil belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2004: 37) bahwa “proses pembelajaran yang optimal dapat meningkatkan hasil belajar yang optimal”.
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga atau media pembelajaran sangat diperlukan dan dilakukan, karena proses pembelajaran  merupakan aktivitas yang melibatkan fisik dan psikis siwa. Di samping itu pula media pembelajaran mempunyai fungsi dan nilai dalam proses pembelajaran.  Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (2002 : 16) menegaskan bahwa “Media berfungsi untuk membantu siswa memudahkan dalam menangkap pengertian, mempertinggi mutu pelajaran, memberikan pengalaman nyata, dan menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri”
Mengenal media pengajaran dan memahami cara-cara penggunaannya akan sangat membantu tugas para guru dalam meningkatkan efektifitas proses pengajaran.  Jerome Bruner (1960: 56) membagi alat instruksional dalam empat macam menurut fungsinya adalah:
1.      Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”, yaitu menyajikan bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, televisI, rekaman suara, dan lain-lain. “vicarious” berarti sebagai subsitusi untuk mengganti pengalaman yang langsung.
2.      Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demosntrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami prinsip, atau struktur produk.
3.      Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberikan perhatian tentang suatu ide atau gejala.
4.      Alat autimatisasi seperti “teaching mechine” atau pelajaran berprograma, menyajikan suatu masalah dalam  urutan yang teratur dalam urutan yang teratur dan memberi balikan atau feedback tentang respon murid. Alat ini dapat meringankan beban guru. Alat ini tidak akan menggantikannya seperti halnya buku. Selain itu alat ini segera memberikan feedback dan memberi jalan untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh murid.

Banyak alat maupun media yang tersedia bagi guru, namun yang penting dalam merencanakan pembelajaran dan mengimplementasikannya dalam mengajar ialah bagaimana cara menggunakan alat-alat media pendidikan ini sebagai suatu sistem yang terintegrasi dalam pembelajaran. Tugas seorang pendidik adalah tugas yang professional, selalu menghadapi tantangan apabila ingin mejadi pendidik yang kreatif, dinamis, kritis dan ilmiah. Sebelum ia menentukan bahan pelajaran, ia harus harus menentukan tujuan instruksional yang sesuai dengan tingkat kemampuan siw, kemampuan apa saja yang dikembangkan, menyusun kegiatan belajar mengajar, untuk itu ia harus mampu menentukan media dan metode pengajaran yang tepat. Kenyataan di lapangan pendapat-pendapat tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan tuntutan dan harapan, baik ditinjau dari kemampuan guru, kemampuan siswa, di dalam kegiatan awal belum dapat memotivasi siswa dan merespon siswa, penyajian gambar atau teknik bertanya dalam apersepsi belum menggali pengetahuan siswa, dalam kegiatan inti siswa belum menunjukkaan aktivitas yang optimal, belum dapat menggunakan peta sebagai media, perhatian, dan interaksi masih kurang, dan dalam menutup pembelajaran masih belum sempurna, ketika membuat kesimpulan, dalam kegiatan refleksi siswa belum dilibatkan, tidak memberikan hasil belajar yang metupakan balikan, dalam pemberian tindak lanjut yang berupa penugasan berbentuk pekerjaan rumah kurang jelas, dan hasil belajar masih belum mencapai KKM yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil refleksi awal peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang muncul saat pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut:
1.      Pemahaman siswa terhadap peta masih rendah
2.      Siswa kurang aktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
3.      Respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru berkurang
4.      Keterlibatan siswa dalam menggunakan media masih kurang
5.      Hasil belajar siswa sebagian besar masih dibawah KKM
6.      Siswa hanya menerima informasi tanpa ada balikan
7.      Tingkat kejenuhan siswa di dalam kelas tinggi karena pemusatan perhatian rendah.
Faktor kejenuhan yang dialami siswa yaitu:
a.       Siswa mempunyai daya serap rendah.
Gairah mengajar guru untuk mengajar sering kali terpancing karena di dalam kelas ada beberapa orang siswa yang cukup pintar. Pada umumnya penyebab rendahnya daya serap siswa di sekolah adalah karena mereka tidak terbiasa dengan budaya membaca sehingga lambat dalam menganalisa. Dapat diamati bahwa siswa yang telah terbiasa dalam budaya membaca tidak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran.
b.      Alokasi waktu yang berlebihan.
c.       Adanya konflik pikiran anak didik.
d.      Selain itu, sikap jenuh yang mereka rasakan bisa disebabkan karena ketidakmampuan dalam mengerjakan setiap soal yang diberikan.
Hal tersebut kemungkinan penyebabnya adalah sebagai berikut:
1.      Penggunaan metode yang masih konvensional sehingga menyebabkan pembelajaran kurang menarik bagi siswa merasa jenuh dan kurang memahami apa yang telah disampaikan oleh gurunya dan akhirnya menyebabkan daya ingat siswa tidak bisa bertahan lama atau mudah lupa dengan pembelajaran yang sudah diajarkan gurunya, siswa kurang dilatih untuk aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran.
2.      Guru masih mendominasi sehingga interaksi berlangsung hanya satu arah.
3.      Kelelahan.Guru memiliki jumlah jam/waktu mengajar yang terlalu banyak. Walau pada sekolah pengabdiannya hanya mengajar beberapa jam saja, tetapi karena tuntutan hidup ia pun menjadi guru sukarela. Atau bisa jadi karena kelelahan fisik setelah menjadi guru selama puluhan tahun.
4.      Pembelajarannya monoton/kreativitas guru kurang.kreativitas seorang guru sangat ditentukan oleh kedalaman pengetahuan dan wawasan. Guru kurang memiliki kemampuan dan tidak menguasai metode, strategi dan pendekatan belajar yang dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan membangkitkan minat siswa.
5.      Kurang memahami karakteristik siswanya.
Materi pelajaran (tidak sesuai dengan usia anak), cara penyampaian materi (bagi seorang anak, tidak ada materi pelajaran yang sulit apabila guru dapat menyampaikannya dengan cara yang aktif, kreatif dan menyenangkan).
Timbul beberapa anggapan yang keliru terhadap IPS selama ini, antara lain sebagai berikut:
1.      Pelajaran IPS adalah pelajaran hapalan belaka yang disampaikan oleh guru secara ceramah, bercerita di muka kelas dan siswa akan jenuh dan bosan belajar IPS
2.      Dalam pelajaran IPS, tidak dapat menggunakan alat-alat kongkret yang dapat dimanipulasi (otak-atik) siswa, sehingga mereka pasif dalam belajar.
3.      Dalam pelajaran IPS, hasil catatan siswa biasanya merupakan catatan linier yang ditulis baris perbaris sehingga catatannya kurang menarik dan membuat siswa malas untuk membacanya kembali.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan suatu teknik yaitu teknik mind mapping dan penggunaan media yaitu peta mozaik yang  diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan siswa  dalam membaca peta, meningkatkan kemampuan guru dalam hal kreativitas dan pemilihan media pembelajaran, yang menjadi permasalahan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 .......... Kecamatan .......... Kabupaten ........... Upaya tersebut direalisasikan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Teknik Mind Mapping  dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Peta Melalui Mozaik dalam Pembelajaran IPS”.
B.     Identifikasi, Rumusan Masalah, dan Pemecahan Masalah
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang  tersebut, maka guru kelas V di SD Negeri 1 .......... berhadapan dengan masalah bahwa metode yang monoton dan konvensional sering digunakan belum menghasilkan pembelajaran IPS yang efektif. Hal ini ditunjukkan bahwa kenyataan bahwa waktu belajar siswa dalam kelas masih banyak yang terbuang, masih banyak siswa yang mengobrol, bermain-main sendiri, tidak memperhatikan guru dan bahkan menulis serta membuat coretan gambar sesuai dengan keinginannya sendiri, kegiatan siswa yang berhubungan dengan keterampilan komunikasi personal masih sangat rendah dan hasil belajar penguasaan konsep pun masih belum mencapai standar yang ditetapkan.
Guru kelas V SD Negeri 1 .......... menyadari bahwa kebiasaan selama ini yakni menyajikan pembelajaran IPS sangat verbalistik dengan metode utama yaitu ceramah dan tanya jawab menjadi salah satu penyebab kesulitan mereka untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam membaca peta pada pembelajaran IPS.
Sehubungan dengan identifikasi masalah tersebut, maka sudah saatnya guru mengubah paradigma proses pembelajaran dari yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) berubah menjadi berpusat pada  siswa (student centered), sehingga siswa aktif pada pembelajaran, dan suasana kelas yang tadinya pasif, monoton, dan menjenuhkan berubah menjadi suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
Berdasarkan hal tersebut, agar pembelajaran IPS tidak terlalu monoton dan siswa aktif dalam pembelajaran, maka peneliti mencoba menerapkan teknik mind mapping sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Upaya tersebut direalisasikan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Teknik  Mind Mapping dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Peta Melalui Penggunaan Media Peta Mozaik”.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dan refleksi awal terhadap proses pembelajaran, maka penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah dengan penerapan teknik mind mapping dan penggunaan peta mozaik dapat meningkatkan kemampuan membaca peta dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 .......... Kecamatan .......... Kabupaten ..........?.
Penelitian ini lebih terarah, mencapai tujuan yang diharapkan, dan mengatasi permasalahan yang spesifik, maka secara khusus permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
a.       Bagaimana model perencanaan yang efektif penerapan teknik mind map dalam pembelajaran keterampilan membaca peta siswa kelas VSekolah Dasar Negeri 1 .......... Kecamatan .......... Kabupaten ..........?
b.      Bagaimana model pelaksanaan yang efektif penerapan teknik mind map dalam pembelajaran keterampilan membaca peta siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 .......... Kecamatan .......... Kabupaten ..........?
c.       Bagaimana peningkatan keterampilan membaca peta melalui penerapan teknik mind map dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 .......... Kecamatan .......... Kabupaten ..........?
Untuk memfokuskan penelitian ini agar memperoleh hasil yang maksimal maka peneliti membatasi masalah yang diteliti dalam pembelajaran IPS dengan topik  Benua Afrika di Kelas V di SD Negeri 1 .......... Kecamatan .......... Kabupaten ........... Media yang digunakan agar lebih menarik dan menumbuhkan kreativitas yaitu penggunaan media peta mozaik untuk meningkatkan keaktifan dan keterampilan membaca peta dunia.

3.      Pemecahan Masalah
Permasalahan tentang bagaimana dengan penerapan teknik mind mapping dan penggunaan peta mozaik dapat meningkatkan kemampuan membaca peta dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 .......... akan dilaksanakan melalui serangkaian pembelajaran yang dikemas dalam bentuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).  
Pemilihan teknik mind mapping pada pembelajaran IPS antara lain Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.
Pemilihan media mozaik dalam pendukung terlaksanakannya konsep mind mapping ini karena siswa adalah individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis. Dengan perbedaan karakteristik dan sifat-sifatnya perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran yang kreatif, aktif, dan menyenangkan. Oleh karena itu, konsep bermain puzzle/ mozaik sangat cocok diterapkan sebagai daya pendukung terciptanya suasana belajar yang menghasilkan kreativitas setiap siswa

C.    Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari permasalahan kurangnya kemampuan siswa dalam membaca peta dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi Benua Afrika, perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan tujuan seperti berikut:

1.      Secara Umum
Untuk mendapatkan data yang akurat tentang penggunaan media pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial benua Afrika, sebagai upaya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca peta.
2.      Secara Khusus
a.       Untuk mengoptimalisasikan kemampuan guru terhadap penggunaan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Benua Afrika, sebagainupaya meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta benua Afrika
b.      Mengoptimalkan guru memperoleh model pelaksanaan yang efektif penerapan teknik mind map dalam pembelajaran membaca peta benua Afrika.
c.       Mengoptimalkan keterampilaan membaca peta melalui penerapan teknik mind map dalam pembelajaran ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V Sekolah Dasar negeri 1 .......... Kecamatan .......... Kabupaten ...........

D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis kegiatan penelitian ini adalah mengembangkan ilmu pendidikan tentang pelaksanaan penerapan teknik mind map dalam keterampilan membaca peta siswa kelas V Sekolah Dasar.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi Guru
1)        Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam memecahkan permasalahan pembelajaran khususnya upaya peningkatan keterampilan siswa dalam membaca peta kelas V Sekolah Dasar.
2)        Dapat menemukan alternatif teknik pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta daya ingat siswa, sebagai media untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran IPS.
3)        Mengatasi problem pembelajaran yang selama ini banyak dikeluhkan terutama berkaitan dengan ketidakberhasilan pembelajaran IPS. Sehingga, dengan diterapkannya teknik pembelajaran tersebut diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
b.      Bagi Peserta Didik
1)        Memiliki pengalaman dalam memecahkan permasalahan pembelajaran dengan pola kerjasama, kepemimpinan, demokrasi.
2)        Memiliki kesadaran bahwa hidup manusia dibangun atas dasar saling menumbuhkan kemampuan kerjasama, kepemimpinan, dan sikap demokrasi diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kerjasama yang diatur akan menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi siswa untuk bekal hidupnya.
3)        Siswa bisa mendapatkan pembelajaran yang menarik, aktivitas belajar siswa dapat meningkat, kemampuan daya ingat siswa meningkat sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
4)        Dapat  memberikan wawasan ilmu dan pengetahuan bagi siswa untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Bagi Sekolah
1)        Dapat memberikan inovasi kearah yang lebih baik.
2)        Dapat meningkatkan mutu lulusan di Sekolah Dasar Negeri 1 ...........
3)        Dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kreativitas guru, sebagai masukan dan pertimbangan untuk menentukan arah kebijakan sekolah khususnya dalam pembinaan dan pemberian layanan pengembangan profesi akademik para guru di sekolah. Sehingga, bagi sekolah yang memiliki kekurangan, penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

E.     Sistematika Skripsi
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PERSEMBAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penelitian
B.     Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.      Identikasi Masalah
2.      Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penelitian
D.    Manfaat Penelitian
E.     Sistematika Skripsi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A.    Kajian Pustaka
1.      Pengertian Pembelajaran
2.      Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial
3.      Teknik Mind Mapping
4.      Media Pembelajaran
5.      Media Mozaik

B.     Kerangka Pemikiran
C.     Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Metode Penelitian
B.     Lokasi dan Subjek Penelitian
C.     Desain Penelitian
D.    Prosedur Penelitian
E.     Definisi Operasional
F.      Instrument Penelitian
G.    Teknik Pengumpulan Data
H.    Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Temuan Penelitian
B.     Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V  KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA







No comments:

Post a Comment