Pembelajaran Berdasarkan Masalah atau Problem
Based Instructions merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan Problem based Learning
(Pembelajaran Berbasis Masalah) yaitu suatu model pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada masalah dalam kehidupan sehari-hari untuk belajar, yang
memulai proses pembelajaran dengan mengemukakan masalah. Ibrahim, M ( dalam Ika
Mustika 2006 :11) menyatakan bahwa Pembelajaran PBI merupakan pembelajaran yang
menyajikan masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang berfikir tingkat
tinggi yang berorientasi pada masalah, dan termasuk didalamnya belajar
bagaimana belajar.
Dalam membahas Model Pembelajaran
PBI tidak terlepas dari pendekatan Problem
Based Learning (Pembelajaran Berbasis masalah). Ada beberapa definisi
tentang pendekatan Problem Based
Learning, salah satunya dikemukakan oleh Jones Rasmussen ( Mergendoller dan
Yolanda Bellisimo, 2002) bahwa:
Problem Based Learning (PBL) is an
instructional approach whwre students are confronted with simulated,
real-world problems, and is frequently
advanced as a powerful and engaging learning strategy that leads to sustained
and transferable learning.
Yang dapat
diartikan bahwa Pendekatan Problem Based
Learning adalah sebuah pendekatan dimana siswa dihadapkan pada masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari yang dikonfrontasikan melalui simulasi-simulasi.
Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty, (1997) menyatakan bahwa
PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada
peserta didik dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open
ended melalui simulasi dalam belajar. PBL memiliki karakteristik sebagai
berikut:
- Belajar dimulai dengan suatu masalah
- Memastikan
bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa
- Mengorganisasikan
pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu
- Memberikan
tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan
secara langsung proses belajar mereka sendiri
- Menggunakan kelompok kecil
- Menuntut
siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk
suatu produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian tersebut tampak
jelas bahwa pendekatan Problem Based
Learning dimulai oleh adanya masalah
(dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalah
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu
ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.
Siswa dapat memilih maslaah yang dianggap menarik untuk dipecahkan
sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Pembelajaran PBI sendiri telah
dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat karena
ditinjau secara umum PBI terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah
yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Trianto : 67) belajar
Berdasarkan Masalah adalah interaksi stimulus dengan respon, merupakan hubungan
antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa
berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan
bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa
yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna
memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
PBI merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran prose berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran
ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan
dalam Trianto : 68)
Menurut Arends ( dalam trianto
: 68), PBI merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangan kemandirian dan percaya diri.
- Ciri-ciri
khusus Problem Based Instructions
Menurut Arends ( dalam trianto : 68), berbagai pengembang
Pembelajaran PBI telah memberikan model pembelajaran itu memiliki karakteristik
sebagai berikut (Krajcik, 1999; Krajcik, Blumenfeld, Marx, dan Soloway, 1994;
Slavin, Maden, Dolan, dan Wasik, 1992, 1994; Cognition & Tecnology Group at
Vanderbilt, 1990).
a. Pengajuan
pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip
atau keterampilan akdemik tertentu, Pembelajaran Berdasarkan Masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata
autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam
solusi untuk situasi itu.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun Pembelajaran Berdasarkan Masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran
tertentu (IPA, matematika, ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah
dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu
dari banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran
Berdasarkan Masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis
dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan
dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan), membuat
inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan
yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.
d. Menghasilkan
produk dan memamerkannya. Pembelajaran Berdasarkan Masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
Produk tersebut dapat berupa laporan,
model fisik, video maupun program computer. Karya nyata atau peragaan tersebut
direncanakan oleh siswa untuk didemonstrasikan kepada temannya yang lain
tentang apa yang mereka pelajari.
e. Kolaborasi. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling
sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan
motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
- Manfaat
Problem Based Instructions
PBI tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
siswa. PBI dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan
menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim dalam Trianto : 70).
Menurut
Sudjana, manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode
pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan
tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak
dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada disekitarnya.
- Teori Belajar yang melandasi Problem
Based Instructions
a. Teori Belajar Konstruktivistik
Teori-teori
baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran
konstruktivistis. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak
lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu
untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang
dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam trianto, 2007:
8).
Menurut
teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar
siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman
yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga
tersebut (Nur dalam Trianto, 2007 : 14).
b. Contextual teaching and Learning (CTL)
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)
merupakan sutau konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,
warga Negara dan tenaga kerja (US .
Deartement of education the national school-to-work office yang dikutip oelh
Blanchard, 2001 dalam Trianto, 2007 : 101).
Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama
mengadakan telaah pustaka menjadi semakin jelas bahwa CTL merupakan suatu
perpaduan dari banyak “ praktek yang baik” dan beberapa pendekatan reformasi
pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan
fungsional pendidikan untuk semua siswa.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh kompenen utama pembelajaran kontekstual, yakni:
konstruktivisme (contructivism),
bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian autentik (authentic assessment).
Pembelajaran
kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang
mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di
dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual
menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam mebangun
pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup.
- Karakteristik
Pembelajaran
Model PBI
berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Dalam PBI yang menjadi ciri utamanya
yaitu menggunakan pendekatan Problem
Based Learning. Dengan demikian ciri yang paling utama dari PBI yaitu
dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Dalam PBI, guru bertindak
sebagai fasilitator bukan sebagai penyampai informasi. Siswa diharapkan
berperan aktif dalam memecahkan permasalahan.
PBI utamanya
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah, keterampilan intelektual (Sudibyo dalam Ika Mustika, 2006 : 20).
Adapun karakteristik masalah yang disajikan dalam PBI adalah bahwa masalah
tersebut harus menarik perhatian siswa untuk dipecahkan, menantang siswa untuk
diselesaikan yang merupakan situasi atau masalah yang berkaitan erat dengan
kehidupan sehari-hari siswa (kontekstual), menuntut siswa untuk mengerjakan
masalah secara berkelompok.
No comments:
Post a Comment