Friday, 15 April 2016

Problem Based Instructions


Pembelajaran Berdasarkan Masalah atau Problem Based Instructions merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan Problem based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) yaitu suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dalam kehidupan sehari-hari untuk belajar, yang memulai proses pembelajaran dengan mengemukakan masalah. Ibrahim, M ( dalam Ika Mustika 2006 :11) menyatakan bahwa Pembelajaran PBI merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah, dan termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar.
Dalam membahas Model Pembelajaran PBI tidak terlepas dari pendekatan Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis masalah). Ada beberapa definisi tentang pendekatan Problem Based Learning, salah satunya dikemukakan oleh Jones Rasmussen ( Mergendoller dan Yolanda Bellisimo, 2002) bahwa:
 Problem Based Learning (PBL) is an instructional approach whwre students are confronted with simulated, real-world  problems, and is frequently advanced as a powerful and engaging learning strategy that leads to sustained and transferable learning.

Yang dapat diartikan bahwa Pendekatan Problem Based Learning adalah sebuah pendekatan dimana siswa dihadapkan pada masalah  nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dikonfrontasikan melalui simulasi-simulasi.
Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty, (1997) menyatakan bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada peserta didik dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui simulasi dalam belajar. PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:
  1. Belajar dimulai dengan suatu masalah
  2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa
  3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu
  4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
  5. Menggunakan kelompok kecil
  6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pendekatan Problem Based Learning  dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalah pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.  Siswa dapat memilih maslaah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Pembelajaran PBI sendiri telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat karena ditinjau secara umum PBI terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Trianto : 67) belajar Berdasarkan Masalah adalah interaksi stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
PBI merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran prose berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan dalam Trianto : 68)    
Menurut Arends ( dalam trianto : 68), PBI merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangan kemandirian dan percaya diri.  
  1. Ciri-ciri khusus Problem Based Instructions
Menurut Arends ( dalam trianto : 68), berbagai pengembang Pembelajaran PBI telah memberikan model pembelajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut (Krajcik, 1999; Krajcik, Blumenfeld, Marx, dan Soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan, dan Wasik, 1992, 1994; Cognition & Tecnology Group at Vanderbilt, 1990).
a.       Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akdemik tertentu, Pembelajaran Berdasarkan Masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b.      Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun Pembelajaran Berdasarkan Masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
c.       Penyelidikan autentik. Pembelajaran Berdasarkan Masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.
d.      Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran Berdasarkan Masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program computer. Karya nyata atau peragaan tersebut direncanakan oleh siswa untuk didemonstrasikan kepada temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari.
e.       Kolaborasi. Pembelajaran Berdasarkan Masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
  1. Manfaat Problem Based Instructions
PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBI dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim dalam Trianto : 70).
Menurut Sudjana, manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada disekitarnya.

  1. Teori Belajar yang melandasi Problem Based Instructions
a.      Teori Belajar Konstruktivistik
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivistis. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam trianto, 2007: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dalam Trianto, 2007 : 14).
b.      Contextual teaching and Learning (CTL)
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan sutau konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara dan tenaga kerja (US. Deartement of education the national school-to-work office yang dikutip oelh Blanchard, 2001 dalam Trianto, 2007 : 101).
Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan telaah pustaka menjadi semakin jelas bahwa CTL merupakan suatu perpaduan dari banyak “ praktek yang baik” dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan fungsional pendidikan untuk semua siswa.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh kompenen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian autentik (authentic assessment).
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam mebangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup.
  1. Karakteristik Pembelajaran
Model PBI berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Dalam PBI yang menjadi ciri utamanya yaitu menggunakan pendekatan Problem Based Learning. Dengan demikian ciri yang paling utama dari PBI yaitu dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Dalam PBI, guru bertindak sebagai fasilitator bukan sebagai penyampai informasi. Siswa diharapkan berperan aktif dalam memecahkan permasalahan.
PBI utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual (Sudibyo dalam Ika Mustika, 2006 : 20). Adapun karakteristik masalah yang disajikan dalam PBI adalah bahwa masalah tersebut harus menarik perhatian siswa untuk dipecahkan, menantang siswa untuk diselesaikan yang merupakan situasi atau masalah yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa (kontekstual), menuntut siswa untuk mengerjakan masalah secara berkelompok.








No comments:

Post a Comment