Latar Belakang Masalah
Kualitas dan mutu kehidupan suatu negara salah satunya dipengaruhi mutu
pelaksanaan pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nurhadi (2003. hlm,1)
“bahwa peran pendidikan sangatlah diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang
cerdas terbuka dan demokratis, untuk mencapai tujuan. Upaya mencapai tujuan tersebut
maka dalam pelaksanaan pengembangan kualitas pendidikan hendakanya dimulai dari sejak dini, baik
dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah”.
Pengembangan kualitas pendidikan
merupakan tanggung jawab semua pihak yang mencakup komponen dan aspek-aspek
tertentu guna tercapainya tujuan Nasional, guna mencerdaskan kehidupan Bangsa dan
menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Pendidikan dianggap
penting karena selain menciptakan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik
juga dapat menciptakan pribadi manusia yang lebih baik pula.
Pengembangan kualitas pendidikan yaitu mencakup pendidikan dilingkungan
keluarga, masyarakat dan dilingkungan sekolah. Dalam penelitian ini
pengembangan kualitas pendidikan lebih
menekankan pada pada lingkungan sekolah. Pengembangan kualitas pendidikan
sekolah tentunya tidak lepas dari beberapa komponen yang perlu dikembangkan,
yaitu mencakup pengembangan kurikulum, perbaikan bentuk pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, pengembangan mutu dan kualitas kemampuan propesioanal guru dalam
pembelajaran.
pelaksanaan pendidiakan di sekolah merupakan salah satu tempat yang
dianggap tepat dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang kedepannya dapat diaplikasikan dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pengembangan kualitas pendidikan di Sekolah
Dasar salah satunya pendididikan pada mata
pelajaran matematika dapat dijadikan ukuran keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran
lainnya yang konsepnya saling berkesinambungan. Oleh Karena itu guru harus
mampu menyampaikan konsep yang dimaksud kepada siswa.
Subariah (2006. hlm,1) menyatakan: “belajar matematika pada hakekatnya
adalah belajar konsep, struktur konsep mencari hubungan antar konsep strukturnya”. Dari keterangan tersebut secara sederhana
dapat diartikan bahwa konsep pertama pada pembelajaran matematika, sangat menentukan
bagi pemahaman konsep selanjutnya.
Pitajeng (2006. hlm,1), menyatakan bahwa “banyak orang yang tidak
menyukai matematika, termasuk siswa yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah.
Adapun yang menjadi salah satu permasalahan mengenai proses pelaksanaan
pembelajaran pada mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar yaitu lemahnya
kemampuan guru dalam memilih dan menentukan suatu bentuk pendeketan
pembelajaran yang paling tepat. Disisi lain masih banyak siswa yang beranggapan
bahwa matematika sukar untuk dipelajari, membosankan, tidak menyenangkan, bahkan
dianggap menakutkan sehingga berdampak pada prestasi belajar matematika mereka
menjadi rendah sehingga prestasi belajar matematika mereka semakin menurun.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukkan peneliti di kelas V SDN ..........
1, dengan Standar Kompetensi Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam
pemecahan masalah. Kompetensi Dasar Melakukan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat. Permasalahan yang
ditemukan dalam pelaksanaan pengelolaan
proses pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar bagi guru belum memanfaatkan suatu bentuk
rancangan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memanfaatkan metode, pendekatan, model
atau bentuk pendekatan yang paling dianggap tepat.
Adapun
proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukkan cenderung belum
melibatkan siswa secara aktif dan kreatif. Sehingga berdampak siswa jarang
mendapatkan kesempatan untuk berperansecara aktip dalam mengeluarkan
pendapat dalam proses pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas termasuk dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Hal ini berdampak rendahnya nilai
mata pelajaran matematika siswa dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya,
bahkan masih dibawah KKM sebesar 75. Hal ini dilihat dari perolehan nilai
rata-rata siswa hanya sebesar 59,90. Dari seluruh siswa yang berjumlah 44 orang
siswa yang memenuhi nilai KKM adalah sebesar 22,72% yaitu sebanyak 10 orang siswa dan sisanya
sebesar 77,28% yaitu sebanyak 34 orang siswa belum mencapai KKM.
Upaya mengatasi permasalahan tersebut penulis beranggapan, bahwa dalam
pembelajaran matematika diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dianggap
paling tepat dan pelaksanaanya lebih nyata. Salah satunya adalah pendekatan
kontekstual. Pendekatan kontekstual untuk mengajarkan matematika tentang
operasi hitung bilangan bulat melalui pendekatan ini, dalam mengajar guru
terlebih dahulu menggunakan alat peraga yang berupa benda-benda konkret.
Nurhadi (2003. hlm,13) mengemukakan pernyataan ringkas tentang pendekatan
kontekstual adalah:
Konsep belajar
dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit-demi sedikit, dan dari proses
mengkonstruksi sendiri, berbagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukan bahwa pendekatan kontekstual
konsep pembelajarannya adalah guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupannya. Dengan pendekatan kontekstual, perolehan
hasil belajar siswa diharapkan lebih baik dan memberikan pengalaman baru bagis
siswa. Proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung secara wajar dan alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa terlibat dalam secara aktip bukan sebatas
penyampain pengetahuan dari guru ke siswa.
Upaya mengatasi permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukkan
penelitian demgan bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul: “Peningkatan
Pemahaman Siswa Pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Pendekatan
Kontekstual Di Kelas V Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN ..........
1 Kecamatan .......... Kota ..........).
No comments:
Post a Comment